Sejarah Nabi Muhammad SAW: Dari Mekkah Hingga Madinah

Islam869 Dilihat

Agama Islam – Perjalanan hijrah merupakan bagian sejarah Nabi Muhammad Saw: dari Mekkah hingga Madinah yang sarat akan tantangan. Peristiwa ini merupakan bagian dari dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw terhadap kaum Quraisy. Namun, usaha tersebut tak berjalan mulus, bahkan sempat ada upaya untuk menghabisi sang rasul karena mereka enggan beriman kepada Allah Swt.

Lantas, apa yang Nabi Muhammad Saw untuk mengatasi hambatan tersebut? Mengapa pula beliau perlu hijrah dari Mekah ke Madinah? Penjelasan berikut diharapkan membantu Anda mengingat lagi sejarah dan perjuangannya dalam menegakkan agama Islam.

Hijrah sembunyi-sembunyi

Mulanya pada 620 Masehi, Nabi Muhammad Saw bertemu dengan enam orang Yastrib (Madinah) yang berasal dari Kabilah Khazraj. Mereka berniat berziarah ke Mekah. SaPentingnya Zakat dalam Islam: Keberkahan dan Distribusinyang rasul lantas mengajak mereka memeluk agama Islam yang mendapatkan sambutan baik. Bukan hanya itu, mereka bahkan menyebarkannya kepada masyarakat Yatsrib lainnya.

Pada 621 Masehi, seorang Muslim bersama enam orang Yastrib pada pertemuan pertama kembali mendatangi Rasulullah Saw. Mereka membuat sebuah perjanjian Aqabah. Setahun kemudian, mereka hendak membuat perjanjian baru sekaligus mengajak sang rasul hijrah ke Yatsrib. Melihat potensi Islam yang siap berkembang, Nabi Muhammad Saw memerintahkan para sahabatnya hijrah sembunyi-sembunyi dari Mekah ke Madinah.

Namun, Nabi Muhammad Saw, bersama Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib, masih menunggu Allah Swt menurunkan ayat untuk perhi hijrah di Mekah. Sayangnya, rencana tersebut terendus oleh kaum kafir Quraisy. Mereka pun merencanakan pembunuhan untuk menggagalkannya. Sebagai langkah pertama, kaum tersebut memerintahkan para pemuda mengepung rumah sang rasul.

Bersembunyi di Gua Tsur

Di malam yang sama, Rasulullah Saw meminta sepupu Ali bin Abi Thalib berbaring di tempat tidur sembari mengenakan selimutnya. Atas izin Allah Swt, sang rasul berhasil meloloskan diri. Beliau pun pergo ke rumah Abu Bakar untuk mengajaknya hijrah. Mereka lalu keluar dari jendela pintu belakang dan bertolak ke Gua Tsur untuk bersembunyi.

Jalan yang ditempuh termasuk yang sulit dilalui manusia. Namun, mereka sengaja memilihnya untuk mempersulit kaum Quraisy. Keduanya lantas bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari tiga malam. Peristiwa saat sang rasul memberitahu Abu Bakar tentang hijrah pun direkam dalam Kitab Fakhul Bari, sementara perjalanan hijrahnya dipakai untuk menetapkan penanggalan kalender Hijriah.

Persembunyian Nabi Muhammad Saw dan Abu Bakar di Gua Tsur hampir diketahui musuh-musuhnya. Namun, Allah Swt memberikan pertolongan, seperti yang difirmnkan dalam Surat At Taubah ayat 40. Abu Bakar yang sempat takut bila seseorang dari kaum musyrik melihat mereka pun sempat ditenangkan Rasulullah Saw sebelum mereka meneruskan perjalanan.

Kemudian, saat kondisi aman, Nabi Muhammad Saw dan Abu Bakar bergegas melanjutkan perjalanan dengan bekal yang diberikan oleh putri Abu Bakat. Supaya aman, mereka mengambil jalan yang belum pernah dilalui manusia. Adapun Abdullah bin Uraiqit dari Banu Du’il yang menjadi pemberi petunjuk dengan hati-hati ke arah selatan menuju Tihama yang dekat dengan sebuah pantai di Laut Merah.

Rasulullah Saw dan Abu Bakar bersama orang-orang yang memberikan petunjuk jalan melalui petualangan tersebut di atas kendaraan. Walau panjang, mereka tak mengeluhkan kesulitan maupun kelelahan yang dirasakan. Satu-satunya yang mereka percaya adalah Allah Swt akan memberikan pertolongan saat dibutuhkan.

Sayembara dari kaum Quraisy

Sejarah Nabi Muhammad Saw: dari Mekkah hingga Madinah tak terlepas dari berbagai usaha kaum Qurasiy untuk menghilangkan nyawa sang rasul. Salah satu di antaranya mengadakan sebuah sayembara. Isinya adalah: barang siapa yang mampu membawa Nabi Muhammad Saw, baik hidup atau mati, akan diberikan hadiah besar sekaligus jabatan tinggi.

Tawaran menggiurkan tersebut serta-merta mengundang perhatian masyarakat luas pada saat itu. termasuk diantaranya Suraga bin Malik yang mengetahui perjalanan Rasulullah Saw bersama Abu Bakar. Tak lama berselang, dia mendatangi tempat sang rasul dengan rombongannya yang sedang beristirahat di sebuah batu besar.

Suraga bin Malik pun berupaya mendekati rombongan tersebut. Sayangnya setiap kali mencoba, kudanya terus menerus tersungkur sampai empat kali. Suraga, yang mempercayai dan menyembah dewa berpikir kalau kejadian tersebut merupakan pertanda buruk. Dia pun mengurungkan niat buruknya, lalu memutuskan kembali ke Mekah.

Selama tujuh hari, Nabi Muhammad Saw bersama Abu Bakar menempuh perjalanan menantang. Mereka beristirahat di tengah panas terik musim kemarau, lalu meneruskannya di malam hari dengan mengarungi padang pasir. Ketenangan hati yang muncul karena mempercayai Allah Swt membuat mereka merasa selalu aman, sebab mereka percaya Sang Pencipta selalu ada untuk melindungi.

Di tengah perjalanan, Rasulullah Saw singgah di Quba’, sebuah desa yang berada dua mil di bagian selatan Madinah. Di sana, beliau mendirikan masjid yang kemudian dikenal sebagai masjid pertama dalam sejarah Islam. Rumah ibadah yang sampai sekarang dikunjungi umat Islam dan menjadi bahan pembicaraan dalam sejumlah festival dan perayaan dalam Islam tradisi yang menginspirasi.

Setelah singgah selama empat hari, Nabi Muhammad Saw meneruskan perjalanan ke Madinah. Berangkat pada pagi hari dari Quba’, beliau sampai di perkampungan Bani Salim bin Auf tepat di waktu salat Jumat. Rasulullah Saw lantas melaksanakan salat Jumat di sana. Salat Jumat dan khotbah ini pun menjadi yang pertama dalam catatan sejarah Islam.

Baca juga: Pentingnya Zakat dalam Islam: Keberkahan dan Distribusinya

Kedatangan di Madinah

Nabi Muhammad Saw dan Abu Bakar tiba di Madinah pada 12 Rabiul Awal. Kedatangan yang dinanti-nantikan masyarakat Madinah tersebut bahkan terlihat dari padatnya jalanan yang dilalui oleh sang rasul. Selain orang-orang yang berjejalan, mereka menyambutnya dengan genderang dan gemuruh serta nyanyian yang digubah untuk momen spesial tersebut.

Begitu tiba di Madinah, Nabi Muhammad Saw pun tak menyia-nyiakan kesempatannya untuk melaksanakan berbagai kegiatan positif. Misalnya saja dengan membuat program kerja seperti pembangunan masjid, merancang perjanjian dengan penduduk Madinah, serta mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan Anshar.

Pembangunan masjid menjadi program pertama yang diwujudkan. Prosesnya sendiri melibatkan seluruh umat Islam. Mereka menggunkana material seperti bata, batang kurma, hingga daun kurma. Rumah ibadah yang dibangun Rasulullah Saw bersama kaum Muhajirin dan Anshar ini pun tak hanya dijadikan tempat salat, tetapi juga pusat berbagai aktivitas penting.

Masjid tersebut memegang sejumlah fungsi penting bagi masyarakat Madinah. Di antaranya adalah tempat musyawarah perkembangan Islam, mengkaji ilmu agama, pemersatuan umat, hingga sebagai pusat pemerintahan saat Nabi Muhammad Saw terpilih sebagai pemimpin Madinah.

Kedatangan Nabi Muhammad Saw di tanah Yatsrib atau Madinah menjadi salah satu titik penting dalam perkembangan sejarah Islam. Sang Rasul tak hanya membentuk kekuatan baru di tanah Arab pada saat itu. Beliau juga mempersatukan umat Islam atas dasar persaudaraan dan keimanan kepada Allah Swt.

Itulah perjalanan hijrah dalam sejarah Nabi Muhammad Saw: dari Mekkah hingga Madinah. Semoga bermanfaat!