Agama Islam – Menghadapi tantangan modern: Islam dan identitas global menjadi salah satu isu yang hangat diperbincangkan. Apalagi Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia yang berada di lokasi strategis. Faktor ini pula yang menjadikan Indonesia sebagai ‘sasaran empuk’ bagi sejumlah sektor dan industri untuk mengembangkan masing-masing tujuan.
Di sisi lain, modernisasi yang semakin pesat membuat para pemuka agama Islam cemas. Pasalnya, banyak tren dan budaya dari proses pergerakan tersebut yang bertentangan dengan syariat agama. Bahkan tak sedikit orang yang pada akhirnya menganggap agama sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman dan tak relevan dengan dunia modern.
Lantas, apa saja tantangan yang sebenarnya perlu diwaspadai umat Islam? Seperti apa tindakan yang sebaiknya diambil untuk mengatasinya? Simak pemaparan lengkapnya di bawah ini!
Apa itu identitas global?
Sebelum membahas tantangan Islam di tengah modernisasi, Anda perlu memahami dulu definisi identitas global. Secara garis besar, istilah ini merujuk pada pemahaman seputar interaksi serta keterikatan di antara individu, masyarakat, hingga negara di seluruh dunia. Dalam praktiknya, ada keterlibatan pengertian tentang perbedaan di sektor budaya, ekonomi, politik, dan sosial yang akan menentukan karakteristik sebuah bangsa atau negara.
Dalam konteks lebih dalam, identitas global sudah mencakup pemahaman isu global. Beberapa di antaranya adalah hubungan internasional, masalah lingkungan global, perdagangan lintas negara, hak asasi manusia (HAM), serta konflik dan kerja sama antarnegara.
Sekilas, identitas global tak terdengar mengancam. Anda akan diajak mempelajari karakteristik berbagai negara sebelum menjalin kerja sama. Perspektif Anda pun menjadi lebih luas, baik dari segi sosial, budaya, ekonomi, maupun teknologi. Ketika sudah mendalami karakter negara-negara yang bersangkutan, akan lebih mudah juga bagi Indonesia membina hubungan yang baik.
Sayangnya, tak sedikit orang yang terlena akan identitas global sampai melupakan syariat agama yang telah lama dipegang sebagai pedoman hidup. Terutama saat mereka melihat negara-negara maju yang tak menjadikan agama sebagai salah satu tatanan bernegara. Orang-orang ini biasanya akan memiliki anggapan bahwa tanpa agama, sebuah negara tetap dapat berkembang pesat.
Pola pikir seperti ini yang semakin dicemaskan pemuka maupun pemerhati agama Islam. Jika dibiarkan, masyarakat Indonesia, terutama umat Islam, bakal tergerus modernisasi yang tak selalu menguntungkan mereka. Atas nama menyambut era globalisasi pula mereka bisa saja menentang kepercayaan yang justru akan menjadi penyelamat di akhirat kelak.
Apa saja tantangan Islam di era globalisasi?
Menilai dari penjelasan identitas global, Anda barangkali sudah bisa menggambarkan tantangan agama Islam dalam menghadapi kehidupan modern. Namun untuk memperoleh solusi yang tepat, ada baiknya Anda perlu mengetahui jenis-jenis tantangan di era globalisasi secara spesifik, seperti yang dijelaskan berikut ini:
Kemajuan IPTEK
Seperti yang dibahas, identitas global melibatkan sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi dalam pemahamannya. Hal ini tentunya bersinggungan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni atau IPTEK yang terus berkembang pesat di seluruh dunia. Sayangnya, kemajuan ini kadang tak sesuai atau malah berseberangan dengan Islam yang begitu memegang teguh aspek moral dan spiritual.
Hal ini dibuktikan dengan sejumlah penemuan yang dianggap menyalahi aturan atau dilarang dalam agama Islam. Di bidang kesehatan, misalnya, ada surrogate mother yang di dunia Barat dianggap normal untuk membantu pasutri mendapatkan anak. Sementara dalam agama Islam, praktik sewa rahim berpotensi menimbulkan percampuran nasab hingga hilangnya keibuan.
Dalam menghadapi tantangan modern: Islam dan identitas global, hal ini cukup tricky dihadapi. Bahkan, di bidang pendidikan, Islam sampai mengalami kemunduran fungsi karena banyaknya hal-hal modern yang justru berseberangan dengan syariat agama.
Demokratisasi
Seperti yang Anda ketahui, Indonesia adalah negara republik yang memegang sistem demokrasi dalam pemerintahannya. Sebenarnya, demokrasi dan gaya kepemimpinan berdasarkan syariat agama Islam mempunyai sejumlah kesamaan. Beberapa di antaranya adalah mengutamakan kebebasan berpendapat, menegakan keadilan, dan memberikan hak suara kepada masyarakat.
Meski demikian, demokrasi dapat menjadi bumerang bagi sebuah negara saat sudah melampaui batas. Misalnya, mengeluarkan fitnah atas nama ‘kebebasan berekspresi’. Ada pula yang kurang menyukai demokrasi karena kedaulatannya yang diserahkan sepenuhnya kepada manusia alih-alih Allah Swt. Belum lagi kecenderungan manipulasi data saat pemilu oleh pihak-pihak tertentu.
Indonesia yang tengah menghadapi darurat demokrasi pun harus mengambil tindakan tegas. Pasalnya kalau terus dibiarkan, terutama tanpa memperhatikan nilai-nilai agama, akan berpotensi menghancurkan tatanan negara dan kehidupan masyarakat.
Dekadensi moral
Dekadensi moral berhubungan dengan revolusi teknologi yang memicu pergeseran nilai maupun norma budaya. Umumnya, nilai-nilai budaya yang berasal dari pihak dominan di bidang IPTEK yang akan menguasai interaksi kultural. Sayangnya, Islam lagi-lagi harus bersaing dengan pihak-pihak yang jelas mempromosikan hal-hal menentang agama.
Budaya Barat sampai saat ini menjadi pihak yang terang-terangan memperlihatkan superioritas mereka terhadap budaya Islam. Anda dapat menemukannya dalam acara-acara di televisi, lagu, film, buku, dan lain sebagainya. Walau berinteraksi dengan mereka dapat berdampak positif, tanpa ada filter, masyarakat tetap berpotensi terekspos hal-hal negatif.
Beberapa efek samping dari budaya Barat yang kini semakin merajalela adalah konsumsi obat-obatan terlarang, seks bebas, hingga kekerasan. Para pelaku pun menganggapnya sebagai hal yang normal atau keren, terutama kalau idola mereka yang mencontohkannya.
Bagaimana cara mempertahankan identitas Islam?
Dari tiga tantangan di atas, lahir satu pertanyaan yang diharapkan membantu umat Islam untuk berpegang teguh pada syariat: bagaimana cara mempertahankan identitas agama Islam di tengah era globalisasi yang terus berkembang?
Dalam hal ini, Anda dapat memulai dengan memberikan pendidikan yang tepat bagi generasi penerus bangsa. Pasalnya mereka yang kelak menentukan nasib Indonesia dalam kancah global. Menanamkan pentingnya nilai-nilai agama dalam menjalankan kehidupan sejak dini pun diharapkan menyadarkan mereka akan pentingnya memprioritaskan Allah Swt sebelum terjun ke masyarakat.
Tak hanya di rumah, pembekalan agama Islam pun harus semakin gencar dilakukan di sekolah. Bukan hanya melalui mata pelajaran yang hanya dilakukan satu atau dua kali seminggu, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya tak sedikit amalan yang sebenarnya dapat diaplikasikan oleh semua orang, termasuk non-Islam, tanpa menyalahi aturan beragama.
Dalam cakupan lebih luas, Anda dapat mempelajari Islam dan media: membentuk narasi positif untuk membagikan informasi yang bermanfaat. Ketika orang-orang memahami tata caranya, tak menutup kemungkinan media-media berbasis Islam bisa menyaingi media Barat yang cenderung menjatuhkan reputasi keagamaan.
Tak dipungkiri, umat Islam harus berjuang untuk mempertahankan identitas maupun bersaing dengan pihak-pihak yang mendominasi sejumlah sektor dan industri. Namun, bukan tidak mungkin Islam akan kembali merasakan masa kejayaan seperti beberapa ratus tahun lalu. Untuk itu, terus dalami cara menghadapi tantangan modern: Islam dan identitas global untuk menemukan solusi terbaik.