Membangun Dialog Antar Agama: Islam Dalam Konteks Pluralisme

Islam142 Dilihat

Agama Islam – Hidup di Indonesia menjadi berkah tersendiri sebab adanya keberagaman di masyarakat, terutama dari sisi keyakinan. Perbedaan tersebut haruslah jadi hal yang dapat menyatukan, menghormati, serta menjaga satu sama lain, bukan justru malah memicu konflik horizontal. Islam sendiri selalu mengajarkan umatnya untuk terus menjaga silaturahmi dengan siapa pun, terlepas dari keyakinan yang dipeluknya. Adanya pluralisme dalam agama baiknya menjadi sesuatu hal yang terus membuat masyarakat rukun dan menjauhi berbagai pemicu konflik demi kesejahteraan serta kenyamanan bersama, nah pada artikel kali ini mari bersama-sama belajar Membangun Dialog antar Agama: Islam dalam Konteks Pluralisme.

Kenali Bedanya Pluralitas dan Pluralisme

Sebelum memasuki bahasan utama, seringkali kita salah anggapan bahwa pluralitas dan pluralisme itu 2 hal yang sama. Namun, sesungguhnya kedua kata ini punya makna berbeda. Apa bedanya?

  • Pluralitas
  • Suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari.
  • Ada dalam kehidupan kita namun secara pemikirannya tak akan pernah sama dengan orang lain.
  • Berkaitan dengan subjektivitas dan relativitas.
  • Pluralisme
    • Isme berarti mengandung ideologi, pemahaman, ajaran, hingga doktrin.
    • Cara manusia dalam bersikap secara batin dan pikirannya.

Jadi, pluralitas sendiri lebih kepada sesuatu yang tidak dapat anda hindari dalam kehidupan, meski hal tersebut saling bertolak belakang. Sementara pluralisme adalah bagaimana kita menyikapi perbedaan yang ada tersebut dengan mengkolaborasikan pikiran serta batin. Tetapi, cara pandang Islam serta penerapannya bukan berarti tanpa batasan tertentu dan boleh umat muslim lakukan sesuka hati. Berikut lanjutan penjelasannya di bawah ini.

Bagaimana Islam Memandang Pluralisme?

Islam telah lama memberi panduan bagaimana seorang muslim hidup berdampingan di masyarakat terutama soal perbedaan agama, hal itu pun telah tertuang dalam ayat ke-6 surat Al-Kafirun yang berbunyi :

Lakum dinukum waliyadin”

Ayat satu ini menegaskan yakni “bagiku agamaku dan bagimu agamamu”. Jelas sudah melalui ayat tersebut seorang muslim wajib menghargai setiap agama yang dipeluk orang lain, namun bukan berarti anda diperbolehkan mencampuradukkan ritual agamanya. Dari surat inilah bisa dijadikan prinsip muslim dalam kehidupan sosialnya tanpa harus ikut campur untuk urusan ibadah satu sama lain.

Sebuah prinsip yang tertuang pada surat Al-Kafirun sungguh cocok menggambarkan bagaimana heterogennya masyarakat Indonesia. Anda tahu sendiri bahwa Indonesia menganut banyak kepercayaan, antara lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan lainnya. Keberagaman tersebut pun selaras pula dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, meski berbeda tetapi tetap usaha demi makmur bersama.

Cara Tepat Menyikapi Pluralisme

Di tengah maraknya konflik antar umat beragama, begini cara anda dalam menyikapi pluralisme di lingkungan masyarakat :

  1. Menghormati setiap pilihan

Pertama, berlandaskan Undang-undang setiap warga negara Indonesia berhak memeluk agama apapun sehingga jelas aturannya bagi seluruh orang untuk menghormati setiap pilihan keyakinan yang dipilihnya, tanpa harus mencela, mencemooh, dan perlakuan buruk lainnya yang menyebabkan perpecahan.

  1. Menghargai urusan ibadah

Kebebasan beragama terjamin di Indonesia, karena itulah kita semua wajib menghargai urusan ibadah seseorang dan tidak perlu mencampurinya. Termasuk ketika satu agama sedang merayakan hari raya, kegiatan ibadah, penggunaan atribut beribadah, hingga pembangunan tempat ibadah sekalipun.

  1. Tidak melakukan tindakan onar

Tindakan onar seperti ini belakangan sering terjadi di tanah air, penyebabnya sendiri ialah merasa dirinya yang paling benar. Tak ada yang salah jika tiap agama meyakini yang paling benar, namun bukan berarti umatnya boleh melakukan tindakan diskriminatif, pemaksaan, hingga kekerasan terhadap umat agama lain.

Langkah salah seperti inilah yang terus menjadi isu bahkan membuat keberagaman di Indonesia terasa menakutkan akibat ulah tindakan seseorang yang enggan menerima perbedaan agama.

  1. Bersatu dalam kebaikan

Satu cara baik menyikapi pluralisme lainnya adalah bersatu dalam melakukan kebaikan. Kebaikan di sini contohnya bergotong royong dalam kegiatan bermasyarakat, menerapkan  Kesehatan dan Kebersihan dalam Islam: Panduan Hidup Sehat, saling tolong menolong ketika ada bencana maupun mereka yang meminta bantuan. Dengan cara inilah pastinya dapat melahirkan keadaan sosial harmonis nan damai.

  1. Selalu menjaga lisan

Islam adalah agama yang terus mengajarkan umatnya untuk selalu menjaga lisan, menjauhi perkataan yang kotor, menyinggung orang. Membangun Dialog antar Agama: Islam dalam Konteks Pluralisme adalah cara sederhana yang dapat anda terapkan sehari-hari. Hindari mengeluarkan ungkapan terkait agama yang ofensif, sindiran, hinaan yang mana dapat berpotensi memicu perpecahan akibat lisan tak terjaga.

Bahaya Enggan Menerima Pluralisme

Pluralisme mengajarkan pemahaman bahwa perbedaan antar umat beragama memang hal biasa dan wajib dihormati. Di sisi lain, menolak menyikapi pluralisme bisa mendatangkan dampak negatif dalam kehidupan sosial di Indonesia, antara lain :

  1. Konflik horizontal

Menolak pluralisme sampai menormalisasi tindakan negatif terhadap perbedaan dapat memicu konflik horizontal di masyarakat. Konflik satu ini sungguh sulit diredam, bahkan dapat memupuk kebencian terus menerus, lebih bahayanya lagi jika konflik tersebut bergeser menjadi perang antar warga yang dapat mengancam nyawa.

  1. Munculnya stigma

Tidak hanya konflik, dari sikap menolak pluralisme dapat melahirkan stigma pada kelompok agama tertentu. Stigma sendiri merupakan labeling atau tanda negatif yang melekat pada identitas seseorang akibat pengaruh pasca konflik yang terjadi. Stigma adalah sesuatu yang bahaya, sebab dapat melekat sampai kapanpun dan sangat merugikan orang yang terkena stigma tersebut.

Hati-hati Kesalahan Menyikapi Pluralisme

Walau Islam mengajarkan soal pluralisme, akan tetapi tak sedikit pula yang justru salah dalam menyikapinya. Apa yang dinilai salah itu?

  • Menyamaratakan agama

Menyamaratakan agama dalam urusan ibadah adalah sikap pluralisme yang salah, terutama berkaitan dengan aqidah keislaman. Banyak yang menganggap bahwa pluralisme berarti setiap agama sama saja, bahkan sampai mengikuti ritual keagamaannya juga. Padahal pemikiran satu ini justru dapat berbahaya terhadap aqidah dan iman seseorang.

  • Melahirkan agama baru

Selain penyamarataan dalam urusan ibadah, bahkan menyatukannya dengan tujuan menyembah Tuhan yang sama bisa cenderung melahirkan agama baru. Hal ini jelas salah dan bertentangan dengan konsep pluralisme yang diajarkan lewat ayat “Lakum dinukum waliyadin” tersebut. Sehingga anda perlu berhati-hati dan terus mengkaji makna dari pluralisme beragama dari kacamata Islam.

Kesimpulan

Pluralitas dan pluralisme merupakan 2 hal berbeda. Sementara mengenai pluralisme, Islam telah mengajarkan prinsipnya melalui surat Al-Kafirun ayat 6, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa meski anda hidup di Indonesia dengan keberagaman agama di dalamnya tetapi kerukunan, kenyamanan, dan tujuan kemakmuran tetap dapat diraih bersama-sama tanpa harus mencampur adukkan masing-masing ritual ibadah. Pluralisme mengajarkan hidup bermasyarakat rukun, bukan berarti menyatukan semua dan bertujuan menyembah Tuhan yang sama.

Lewat artikel Membangun Dialog antar Agama: Islam dalam Konteks Pluralisme, harapannya semoga anda paham juga dan mulai menerapkan bagaimana caranya menyikapi perbedaan budaya dan agama di tanah air demi menciptakan lingkungan penuh damai, kasih sayang, serta bebas dari konflik di masyarakat. Semoga bermanfaat.