Kekayaan adalah salah satu aspek kehidupan yang sering menjadi sorotan dan dambaan banyak orang. Namun, pernahkah kita bertanya, kenapa tidak semua orang dijadikan kaya oleh Allah SWT? Dalam kajian yang disampaikan oleh Ustadz Johan Saputra Halim, M.H.I., dijelaskan bahwa Allah memiliki hikmah besar di balik pembagian rezeki yang berbeda-beda kepada hamba-Nya. Hal ini selaras dengan ajaran Al-Qur’an dan hadis yang membimbing umat Islam memahami konsep rezeki.
Konsep Rezeki dalam Islam
Rezeki adalah anugerah dari Allah SWT yang mencakup segala hal, bukan hanya harta benda. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan tidak ada suatu makhluk pun yang bergerak di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” (QS. Hud: 6)
Ayat ini menjadi bukti bahwa setiap makhluk, termasuk manusia, telah dijamin rezekinya oleh Allah SWT. Namun, rezeki tidak selalu berupa kekayaan materi. Kesehatan, kebahagiaan, keluarga yang harmonis, dan kesempatan untuk beribadah juga termasuk bagian dari rezeki.
Hikmah Allah dalam Membagi Rezeki
Ustadz Johan menjelaskan bahwa Allah SWT membagi rezeki kepada hamba-Nya berdasarkan hikmah yang tidak selalu bisa dipahami oleh manusia. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Isra: 30)
Pembagian rezeki ini bukanlah bentuk ketidakadilan, melainkan cara Allah menguji hamba-Nya. Ada yang diuji dengan kekayaan, dan ada pula yang diuji dengan kesederhanaan.
Kenapa Tidak Semua Orang Dijadikan Kaya?
Ada beberapa alasan utama mengapa Allah tidak menjadikan semua manusia kaya:
1. Keseimbangan Hidup di Dunia
Allah menciptakan manusia dengan peran yang berbeda-beda di dunia. Jika semua orang menjadi kaya, keseimbangan hidup akan terganggu. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Dunia ini adalah ladang akhirat, dan manusia diberikan peran sesuai takdirnya.”
Sebagian orang diberi kekayaan agar bisa membantu yang membutuhkan, sementara yang lain diberi kesederhanaan untuk menguji kesabaran dan keikhlasan.
2. Ujian Keimanan
Kekayaan dan kemiskinan adalah ujian bagi manusia. Allah berfirman:
“Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: ‘Tuhanku telah memuliakanku.’ Adapun apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata: ‘Tuhanku menghinakanku.’” (QS. Al-Fajr: 15-16)
Orang kaya diuji dengan bagaimana ia menggunakan kekayaannya, apakah untuk kebaikan atau justru menimbulkan kerusakan. Sebaliknya, orang yang tidak kaya diuji dengan kesabaran dan rasa syukur.
3. Pencegahan Kerusakan
Tidak semua orang mampu menghadapi ujian kekayaan. Allah, dengan hikmah-Nya, mengetahui siapa yang bisa memanfaatkan kekayaan dengan baik dan siapa yang akan rusak karenanya. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya setiap umat memiliki ujian, dan ujian bagi umatku adalah harta.” (HR. Tirmidzi)
Dengan tidak memberikan kekayaan kepada semua orang, Allah menjaga sebagian manusia dari potensi kerusakan diri dan lingkungan.
Cara Bersikap terhadap Rezeki
Dalam kajiannya, Ustadz Johan memberikan panduan bagaimana seharusnya umat Islam bersikap terhadap rezeki:
1. Bersyukur dalam Segala Keadaan
Syukur adalah kunci utama dalam menghadapi rezeki yang telah Allah tetapkan. Allah berfirman:
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)
Dengan bersyukur, hati menjadi lebih tenang, dan Allah akan melimpahkan rezeki dalam bentuk yang terbaik.
2. Berusaha dengan Ikhlas
Manusia wajib berusaha untuk mencari rezeki, tetapi hasil akhirnya tetap diserahkan kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bekerja dengan baik dalam usahanya.” (HR. Thabrani)
Berusaha dengan ikhlas berarti bekerja keras tanpa bergantung sepenuhnya pada hasil duniawi.
3. Menghindari Sifat Iri dan Dengki
Salah satu penyakit hati yang sering muncul terkait rezeki adalah iri hati terhadap orang lain. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.” (QS. An-Nisa: 32)
Setiap orang memiliki takdir rezeki masing-masing, dan iri hati hanya akan merusak hati dan menjauhkan kita dari ridha Allah.
4. Menggunakan Kekayaan untuk Kebaikan
Bagi mereka yang diberi kekayaan, gunakanlah rezeki tersebut untuk berbuat kebaikan. Allah berfirman:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia.” (QS. Al-Qasas: 77)
Sedekah, membantu sesama, dan mendukung dakwah Islam adalah cara terbaik memanfaatkan kekayaan.
Kesimpulan
Allah SWT memiliki hikmah besar dalam menentukan rezeki setiap hamba-Nya. Tidak semua orang dijadikan kaya karena kehidupan di dunia membutuhkan keseimbangan, dan rezeki adalah salah satu bentuk ujian keimanan.
Sebagai Muslim, kita dituntut untuk bersyukur atas apa yang Allah tetapkan, berusaha dengan sungguh-sungguh, dan tidak lupa untuk membantu sesama. Dengan memahami konsep rezeki, hati menjadi lebih tenang, dan kehidupan menjadi lebih bermakna.