Agama Islam – Islam dan Ilmu Pengetahuan: Kontribusi Peradaban Muslim terasa bahkan hingga di era modern seperti saat ini. Sejak penemuan aljabar di era kekuasaan Islam, tak sedikit ilmuwan dan cendekiawan muslim yang telah meninggalkan jejak mendalam pada sejarah manusia.
Bahkan, tahukah Anda bahwa sebenarnya ada banyak ilmu pengetahuan yang lebih “modern”, yang ternyata dipengaruhi oleh ilmuwan muslim yang sudah lebih dulu menorehkannya dalam sejarah berabad-abad silam?
Untuk membantu Anda semakin mengenal dan memahami betapa luar biasanya kontribusi serta hubungan Islam dan Teknologi, Menjembatani Tradisi dengan Inovasi, mari kita berkenalan dulu dengan beberapa ilmuwan muslim terbesar paling berpengaruh. Selamat membaca!
Jabir Ibn Hayyan: Pioner Alkemis Muslim
Jabin Ibn Hayyan merupakan salah satu ilmuwan muslim paling berpengaruh yang diyakini merupakan penulis Jabirian Corpus. Teks tersebut membahas soal filosofi religius, alkimia, hingga sihir. Tak hanya itu saja, Jabir juga diakui sebagai satu dari orang-orang pertama yang mengklasifikasi bahan-bahan kimia secara sistematis, yang kemudian berdampak luar biasa dalam perkembangan dunia kimia dan obat-obatan modern.
Abu Bakar Al-Razi: Pioner Obat-Obatan
Abu Bakar Al-Razi merupakan seorang pria Persia yang paling dikenal akan pengaruhnya dalam dunia ilmu obat-obatan. Ia juga dikenal sebagai orang pertama yang mengenali perbedaan antara cacar air dengan campak.
Meskipun pencapaian tersebut sangat penting, sayangnya Abu Bakar Al-Razi gagal dalam meyakinkan orang-orang bahwa kedua penyakit itu berbeda. Alhasil, orang-orang hanya menganggapnya sebagai pria aneh.
Pada masa di mana gejala-gejala penyakit tertentu dipercaya sebagai ulah sihir, ia menjadi salah satu yang pertama menegaskan bahwa ada penjelasan di balik gejala-gejala tersebut. Sosok Abu Bakar Al-Razi juga dikenal sebagai orang pertama yang menulis buku kedokteran anak-anak.
Muhammad ibn Musa Al-Khwarizmi: Sang Bapak Aljabar
Nama Muhammad ibn Musa Al-Khwarizmi menjadi ilmuwan muslim yang paling dikenal akan temuannya untuk menyelesaikan metode kuadrat dalam persamaan kuadrat. Sosok yang berasal dari Irak ini juga dikenal sebagai ahli matematika di tanah airnya.
Di Irak, Al-Khwarizmi dikenal sebagai ilmuwan yang menulis tentang persamaan aljabar sekaligus cara menyelesaikan persamaan tersebut. Tak hanya sampai di situ saja, Al-Khwarizmi juga ahli di bidang trigonometri, geografi, astronomi, dan bidang ilmu lainnya.
Julukannya sebagai Bapak Aljabar lahir karena metode yang ia temukan untuk menyelesaikan persamaan kuadrat dan linear. Ia turut jadi orang pertama yang memandang aljabar sebagai sebuah disiplin ilmu yang terpisah. Buah pikirannya lantas diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan digunakan untuk memperkenalkan sistem penomoran desimal.
Ibn Sina: Bapak Obat-Obatan
Abu Ali Ibn Sina alias Ibn Sina, atau yang juga dikenal dengan nama Avicenna di dunia Barat, merupakan salah satu sosok penting dalam Islam dan Ilmu Pengetahuan: Kontribusi Peradaban Muslim hingga detik ini. Pasalnya, ia merupakan seorang filsuf dan dokter yang menguasai dan menulis berbagai topik ilmu, mulai dari alkimia hingga obat-obatan.
Salah satu karyanya yang paling terkenal berjudul The Book of Healin dan The Canon of Medicine. Bahkan, buku-bukunya digunakan oleh universitas-universitas pada abad pertengahan sebagai teks medis standar sebelum akhirnya zaman Renaissance tiba.
Besarnya pengaruh Ibn Sina membuatnya dijuluki sebagai dokter paling terkenal pada Zaman Keemasan Islam oleh para sejarawan.
Al-Battani: Ptolemy-nya Arab
Dibandingkan ilmuwan-ilmuwan muslim lainnya, nama Al-Battani barangkali seolah “kalah pamor”. Akan tetapi, Anda dijamin bisa mengenal namanya apabila Anda menyukai bidang matematika dan ilmu pengetahuan. Bahkan, Al-Battani merupakan salah satu astronom paling terkenal dalam sejarah manusia.
Sosok Al-Battani lahir di Turki pada tahun 858 M. Yang mengejutkan, tahukah Anda bahwa ia merupakan orang pertama yang mendapatkan jawaban di balik misteri bagaimana terjadinya gerhana matahari? Pada saat itu, ia menemukan pencerahan bahwa gerhana matahari disebabkan oleh posisi bulan yang berada di antara matahari dan bumi.
Tak hanya itu saja, Al-Battani juga berperan vital dalam memperkenalkan sinus dan beberapa hubungan trigonometri yang bahkan masih digunakan para pakar matematika hingga saat ini.
Abu Nasr Al-Farabi: Salah Satu Filsuf Islam Kuno Terbesar
Tak hanya seorang filsuf, sosok Abu Nasr Al-Farabi juga merupakan ahli matematika dan kosmologis muslim. Hanya saja, ia paling dikenal akan karya-karyanya di bidang logika, metafisika, filosofi politik, dan etika.
Abu Nasr Al-Farabi lahir di Afghanistan pada tahun 872 M ketika Kerajaan Islam tengah berkembang pesat di penjuru Asia. Alhasil, ia pun mengenal berbagai budaya sejak masih berusia dini.
Pada Zaman Keemasan Islam, sosok Abu Nasr Al-Farabi diakui sebagai salah satu filsuf dan pemikir terbesar Islam. Ia bahkan turut menjadi pioneer di bidang filosofi politik, sosiologi, dan psikologi.
Ammar ibn Ali Al-Mawsili: Sang Penemu Jarum Hipodermik
Ammar ibn Ali Al-Mawsili merupakan seorang dokter mata yang paling dikenal akan temuannya, yaitu jarum hipodermik. Ia menggunakan sebuah jarum yang hampa untuk membantu menyingkirkan katarak dari mata pasien. Dengan begitu, ia bisa melakoni operasi pada mata pasien tanpa harus membahayakan organ-organ tubuh lainnya.
Lantas, apakah itu satu-satunya temuan Ammar ibn Ali Al-Mawsili? Tentu saja tidak. Meskipun jarum hipodermik jelas merupakan sebuah batu loncatan luar biasa dalam dunia ilmu pengetahuan, ia masih memiliki sederet kontribusi penting lainnya dalam sejarah obat-obatan.
Thabit Ibn Qurra: Sang Pembaharu Dunia Astrologi
Thabit Ibn Qurra adalah seorang astronomer dan ahli matematika dari Turki yang terkenal lantaran membongkar sistem Ptolemaic karya Claudius Ptolemy. Dalam sistem tersebut geosentrisme digunakan untuk menjelaskan pergerakan benda-benda langit di sekitar Bumi menggunakan model matematika.
Lewat penemuannya, sekarang kita bisa mengenal bahwa ada 365 hari dalam 1 tahun. Tepatnya, Thabit Ibn Qurra menghitung bahwa ada 365 hari, 6 jam, 9 menit, dan 12 detik dalam 1 tahun. Penemuan ini lantas yang mendorong penemuan penting lainnya di dunia ilmu pengetahuan, yakni heliosentrisme.
Pasalnya, apa yang dilakukan Thabit Ibn Qurra mendorong temuan bahwa bukan bumi yang menjadi pusat tata surya, melainkan matahari, oleh Nicolaus Copernicus.
Pris Reis: Sang Navigator dan Kartografer Muslim
Pris Reis merupakan pria Turki yang hidup di abad ke-16. Semasa hidupnya, Pris Reis mendedikasikan dirinya sebagai navigator dan kartografer. Salah satu hasil karya pentingnya dikenal jadi salah satu peta tertua yang masih ada sampai saat ini. Di dalam peta tersebut, ia menggambarkan dengan jelas pesisir benua Afrika dan Eropa.
Tak hanya itu saja, ia juga menulis sebuah teks yang berjudul Book of Navigation. Pada teks tersebut, Pris Reis menjabarkan apa saja teknik navigasi dan daftar Pelabuhan di sepanjang Laut Mediterania. Peta-peta yang ia buat pada saat itu bahkan masih jadi rujukan hingga era modern seperti saat ini.
Demikian rangkuman perkenalan mengenai sosok-sosok ilmuwan muslim yang berperan besar dalam Islam dan Ilmu Pengetahuan: Kontribusi Peradaban Muslim. Semoga bermanfaat!