Pilkada serentak adalah momen penting dalam demokrasi Indonesia, di mana masyarakat memiliki kesempatan untuk menentukan pemimpin yang amanah. Namun, di tengah dinamika politik, sering kali muncul perpecahan dan emosi yang tidak terkendali. Ustadz Adi Hidayat (UAH), dalam salah satu ceramahnya, menyampaikan pesan teduh yang relevan untuk menjaga kedamaian, persatuan, dan semangat keislaman menjelang Pilkada. Pesan ini didasarkan pada nilai-nilai Al-Qur’an dan hadis, sebagai panduan bagi umat Islam dalam menghadapi situasi politik dengan sikap yang bijaksana.
Pilkada: Sebuah Amanah yang Harus Dijaga
Islam mengajarkan bahwa memilih pemimpin adalah tanggung jawab besar. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisa: 58)
Ayat ini menegaskan pentingnya memilih pemimpin yang memenuhi kriteria amanah, adil, dan kompeten. Pilkada bukan sekadar acara seremonial, melainkan wujud dari tanggung jawab kolektif umat untuk memastikan kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai kebaikan.
Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa memilih pemimpin adalah bentuk ibadah. Oleh karena itu, proses ini harus dilakukan dengan niat yang tulus, mengedepankan kemaslahatan umat, dan menghindari kepentingan pribadi atau golongan.
Pesan Utama UAH: Jaga Persatuan dan Hindari Perpecahan
Salah satu poin utama dalam ceramah Ustadz Adi Hidayat adalah pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan pilihan politik. Allah SWT berfirman:
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (QS. Ali Imran: 103)
Perbedaan pandangan politik tidak seharusnya menjadi alasan untuk saling bermusuhan atau merusak hubungan persaudaraan. Dalam hadisnya, Rasulullah SAW bersabda:
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Dia tidak boleh menzaliminya, membiarkannya (dalam kesulitan), atau merendahkannya.” (HR. Muslim)
UAH menekankan bahwa pemilu adalah sarana, bukan tujuan akhir. Jangan sampai proses ini mencederai ukhuwah Islamiyah atau menimbulkan fitnah di tengah masyarakat.
Panduan Islam dalam Memilih Pemimpin
- Pilih Pemimpin yang Amanah dan Adil
Rasulullah SAW bersabda:“Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran.” Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana amanah itu disia-siakan?’ Beliau menjawab, ‘Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.'” (HR. Bukhari)
Seorang pemimpin yang amanah akan menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, tanpa mengutamakan kepentingan pribadi.
- Pilih Pemimpin yang Mendukung Syariat Islam
Dalam Surah Al-Hajj ayat 41, Allah SWT berfirman tentang ciri pemimpin yang diberkahi:“…(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat makruf serta mencegah dari yang mungkar…”
Pemimpin yang baik adalah mereka yang mendorong masyarakat untuk semakin taat kepada Allah.
- Berdasarkan Akhlak dan Rekam Jejak
Rasulullah SAW adalah contoh pemimpin terbaik yang memiliki sifat shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathanah (cerdas). Calon pemimpin seharusnya memiliki sifat-sifat ini sebagai bekal untuk menjalankan tugasnya.
Sikap Muslim saat Menjelang dan Setelah Pilkada
- Berdoa untuk Kebaikan
UAH mengajak umat Islam untuk banyak berdoa, agar proses Pilkada berjalan lancar dan menghasilkan pemimpin yang terbaik. Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah:“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang Engkau pimpin, cintai, dan beri rahmat. Jauhkanlah kami dari pemimpin yang zalim.”
- Hindari Hoaks dan Fitnah
Allah SWT berfirman:“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti…” (QS. Al-Hujurat: 6)
Dalam suasana politik, berita palsu dan fitnah sering kali menjadi alat untuk menjatuhkan pihak lain. Umat Islam harus bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi.
- Terima Hasil dengan Lapang Dada
Setelah Pilkada usai, setiap Muslim diajarkan untuk menerima hasil dengan hati yang lapang, meskipun hasil tersebut tidak sesuai dengan harapan. Rasulullah SAW bersabda:“Tidak akan kecewa orang yang istikharah kepada Allah dan tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah.” (HR. Thabrani)
Istikharah dan musyawarah adalah cara untuk memastikan keputusan yang diambil berada dalam ridha Allah.
Kisah Inspiratif: Kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab
Khalifah Umar bin Khattab adalah contoh pemimpin yang adil dan dicintai rakyatnya. Umar selalu memprioritaskan kesejahteraan rakyat, bahkan rela berkeliling malam hari untuk memastikan tidak ada yang kelaparan. Keteladanannya menjadi bukti bahwa kepemimpinan yang amanah akan membawa keberkahan bagi semua.
Kisah ini relevan sebagai pengingat bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang melayani rakyat dengan tulus dan memprioritaskan kepentingan umat di atas segalanya.
Menjelang Pilkada serentak 27 November, pesan teduh Ustadz Adi Hidayat mengingatkan kita untuk menjaga ukhuwah Islamiyah, memilih pemimpin yang amanah, dan menghadapi proses ini dengan niat ibadah. Pilkada bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga ujian bagi umat untuk tetap bersatu dan menjunjung nilai-nilai Islam.
Sebagai penutup, UAH menekankan pentingnya menghadirkan Allah dalam setiap keputusan:
“Libatkan Allah dalam setiap pilihan, maka Dia akan memudahkan urusanmu dan memberkahi hasil akhirnya.”