Menabung Pangkal Kaya?

Dalam kehidupan modern, istilah “menabung pangkal kaya” sangat akrab di telinga kita. Seolah-olah, menabung adalah jaminan untuk meraih kekayaan di masa depan. Namun, bagaimana Islam memandang konsep ini? Apakah benar menabung adalah kunci utama kekayaan, ataukah ada prinsip lain dalam Islam yang lebih utama?

Melalui ceramah singkatnya, Ustadz Khalid Basalamah mengingatkan umat Islam untuk tidak semata-mata bergantung pada menabung sebagai sumber kekayaan, tetapi lebih kepada keberkahan dan keikhlasan dalam harta.

Ringkasan Video: Menabung Tidak Menjamin Kekayaan

Dalam video berdurasi singkat tersebut, Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan bahwa banyak orang menabung tetapi tidak menjadi kaya, bahkan ada yang mati dalam kondisi masih menabung. Sebaliknya, ada orang yang rajin bersedekah, dermawan, dan justru diberi kekayaan oleh Allah SWT.

“Kaya bukan dari banyaknya harta yang ditumpuk, tetapi dari keberkahan yang Allah berikan.”
— Ustadz Khalid Basalamah

Ustadz Khalid juga menegaskan bahwa keyakinan kepada Allah sebagai pemberi rezeki jauh lebih penting daripada strategi finansial semata. Ia mengajak umat Islam untuk tetap berikhtiar secara syar’i, tetapi tidak melupakan sisi tauhid dan tawakal.

Konsep Kekayaan dalam Islam

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”
(QS. At-Talaq: 2–3)

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa takwa dan keimanan kepada Allah adalah kunci utama rezeki. Menabung hanyalah salah satu bentuk ikhtiar duniawi yang harus diimbangi dengan amalan akhirat, seperti sedekah, infak, dan kepedulian sosial.

Hadis Tentang Rezeki dan Keberkahan

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidaklah harta itu berkurang karena sedekah.”
(HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa justru memberi bisa membuka pintu rezeki, bukan sebaliknya. Islam tidak melarang menabung, namun jika menabung dilakukan dengan rasa takut miskin, kikir, dan mengabaikan kewajiban sosial, maka menabung justru bisa menjadi penghalang keberkahan.

Bolehkah Menabung dalam Islam?

Islam tidak melarang umatnya untuk menabung, justru menganjurkan agar setiap Muslim bijak dalam mengelola harta. Dalam hadis riwayat Bukhari, disebutkan bahwa Nabi ﷺ pernah menyimpan makanan untuk keluarganya selama setahun.

Artinya, menabung untuk kebutuhan masa depan bukan hal yang tercela, selama:

  • Tidak menghalangi seseorang dari menunaikan zakat, infak, dan sedekah.
  • Tidak menjadikan harta sebagai tujuan utama hidup.
  • Tetap yakin bahwa keberkahan rezeki datang dari Allah, bukan dari tumpukan tabungan.

Menabung vs. Sedekah: Mana yang Lebih Utama?

Keduanya memiliki nilai tersendiri. Menabung berguna untuk perencanaan keuangan, seperti pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan darurat. Namun sedekah memiliki dimensi spiritual yang besar dan dijanjikan balasan yang berlipat ganda oleh Allah SWT.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji.”
(QS. Al-Baqarah: 261)

Ini menunjukkan bahwa memberi di jalan Allah justru merupakan investasi yang lebih besar dibanding sekadar menyimpan.

Prinsip Keuangan Islami: Seimbang antara Dunia dan Akhirat

Islam mengajarkan keseimbangan. Umat Islam dianjurkan untuk bekerja keras, menabung, dan berinvestasi, namun tidak lupa untuk beribadah, berderma, dan bertawakal kepada Allah.

Jadi, ungkapan “menabung pangkal kaya” bisa benar jika menabung dilakukan dengan niat yang benar dan tidak melupakan aspek spiritual.

Namun jika menabung hanya bertujuan menumpuk harta tanpa manfaat untuk orang lain, maka itu akan menjadi beban di akhirat kelak, sebagaimana dalam firman Allah:

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritakanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.”
(QS. At-Taubah: 34)

Kesimpulan: Utamakan Keberkahan, Bukan Sekadar Harta

Menabung memang penting, tetapi kekayaan sejati adalah ketika harta kita membawa berkah dan ridha Allah. Jangan biarkan kekayaan dunia melalaikan kita dari tanggung jawab akhirat. Gunakan harta dengan bijak, berbagi dengan sesama, dan yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan rezeki hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.