Dukun dalam Al-Qur’an: Antara Profesi dan Tuduhan

Pembahasan mengenai dukun, peramal, atau paranormal sering kali memancing pro dan kontra di kalangan masyarakat. Banyak yang datang ke dukun untuk mencari solusi atas masalah mereka, tetapi dalam Islam, perbuatan ini perlu ditinjau lebih mendalam. Dalam Al-Qur’an dan Hadis, ada penjelasan yang mengaitkan praktik perdukunan dengan hal-hal yang dilarang. Ustadz Adi Hidayat menyampaikan pandangannya tentang profesi dukun serta penilaian Islam terhadapnya.

Apa Itu Dukun dalam Perspektif Islam?

Dalam Islam, dukun dikenal sebagai seseorang yang mengaku mampu mengakses pengetahuan gaib, memberikan ramalan, atau menyelesaikan masalah melalui cara-cara supranatural. Namun, apakah tindakan seperti ini diperbolehkan? Islam memberikan batasan yang jelas mengenai siapa yang dapat dipercaya dalam hal pengetahuan, khususnya terkait dengan hal-hal gaib.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Katakanlah, ‘Tidak ada yang mengetahui perkara gaib di langit dan di bumi kecuali Allah.’” (QS. An-Naml: 65)

Ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah yang mengetahui perkara gaib. Karena itu, seseorang yang mengaku memiliki kemampuan untuk mengetahui atau mengakses hal-hal gaib bisa dianggap melanggar akidah Islam.

Dukun dalam Perspektif Hadis

Rasulullah SAW sangat jelas dalam melarang umatnya untuk datang atau mempercayai dukun. Dalam salah satu hadits, beliau bersabda:

“Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun, lalu membenarkan perkataannya, maka sungguh ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Abu Dawud)

Hadis ini mengisyaratkan bahwa mempercayai dukun atau peramal dapat membawa seseorang pada kekufuran. Alasan utama larangan ini adalah karena mempercayai dukun sama saja dengan meragukan kekuasaan dan ilmu Allah, yang merupakan sumber segala pengetahuan.

Profesi Dukun: Antara Mencari Solusi dan Menyimpang dari Syariah

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa meskipun banyak yang menganggap dukun sebagai profesi yang membantu, tindakan ini tetap tidak sesuai dengan ajaran Islam. Beliau menggarisbawahi bahwa menggunakan ilmu perdukunan, termasuk meramal nasib atau membaca masa depan, adalah perbuatan yang menyimpang dari akidah Islam.

Beliau juga menegaskan bahwa di dalam Islam, seseorang yang ingin mencari solusi atas masalahnya harus mengutamakan cara-cara yang sesuai syariah, seperti shalat, doa, dan istikharah. Tindakan ini menunjukkan ketergantungan penuh kepada Allah, bukan pada makhluk yang mengaku mengetahui hal-hal gaib.

Al-Qur’an tentang Praktek Perdukunan dan Sihir

Dalam Al-Qur’an, praktek sihir disebut sebagai salah satu bentuk penyesatan yang dilakukan oleh setan. Sihir bahkan dikaitkan dengan kufur karena melibatkan hal-hal yang mengandalkan bantuan jin atau makhluk lain selain Allah. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 102, Allah berfirman:

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman tidak kafir, tetapi setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah: 102)

Ayat ini menegaskan bahwa sihir adalah tindakan yang diharamkan dalam Islam karena mengarah pada syirik, yaitu mempersekutukan Allah dengan makhluk lain. Hal ini sejalan dengan larangan keras bagi umat Islam untuk mendatangi dukun atau menggunakan jasa mereka.

Bahaya Mempercayai Dukun dalam Kehidupan Sehari-hari

Menurut Ustadz Adi Hidayat, ada banyak dampak negatif yang muncul jika seseorang mempercayai dukun. Salah satunya adalah ketergantungan pada kekuatan di luar Allah, yang bisa menjerumuskan seseorang pada syirik. Beliau menjelaskan bahwa umat Islam harus meyakini bahwa segala sesuatu diatur oleh Allah, dan solusi atas setiap masalah ada dalam ajaran Islam.

Ketergantungan pada dukun juga berpotensi merusak akidah. Dengan datang ke dukun, seseorang akan cenderung meragukan kekuasaan Allah dan lebih mempercayai makhluk. Hal ini jelas bertentangan dengan prinsip tauhid, yang mengajarkan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan dan ilmu yang sempurna.

Alternatif dalam Islam: Berdoa, Tawakkal, dan Ikhtiar

Islam memberikan cara-cara alternatif untuk menghadapi berbagai permasalahan tanpa harus mengandalkan dukun. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Berdoa kepada Allah: Doa adalah senjata utama seorang muslim. Dalam berbagai ayat dan hadis, Allah mendorong hamba-Nya untuk memohon bantuan dan petunjuk langsung kepada-Nya.
  2. Tawakkal (Berserah Diri): Setelah berusaha, seorang muslim diajarkan untuk berserah diri kepada Allah. Tawakkal adalah bentuk keimanan bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.
  3. Ikhtiar dengan Cara yang Halal: Ikhtiar atau usaha adalah kewajiban setiap muslim. Namun, usaha ini harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai syariah, seperti mencari nasihat dari orang yang berpengetahuan atau mengandalkan pengobatan yang sesuai dengan syariat.

Dengan mengikuti panduan ini, seorang muslim dapat menghadapi masalahnya tanpa harus melibatkan dukun atau praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam sangat melarang praktek perdukunan. Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis, hanya Allah yang mengetahui perkara gaib, dan mendatangi dukun dapat merusak akidah seorang muslim. Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya menghindari dukun dan memilih cara-cara yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti berdoa, bertawakkal, dan berikhtiar. Bagi umat Islam yang memiliki masalah atau keinginan untuk mengetahui nasib, Allah telah memberikan panduan yang cukup melalui Al-Qur’an dan Hadis. Dengan mengikuti panduan ini, seseorang akan lebih dekat dengan Allah dan terhindar dari perbuatan syirik yang dapat menyesatkan.