Bayar Hutang Riba Dulu atau Infaq ke Keluarga ?

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita dihadapkan pada dilema finansial, terutama bagi yang memiliki tanggungan hutang riba. Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah harus mendahulukan pembayaran hutang riba atau memberikan infak untuk keluarga? Ustadz Adi Hidayat memberikan penjelasan mendalam mengenai hal ini, berdasarkan Al-Qur’an dan hadis.

Kewajiban Membayar Hutang dalam Islam

Membayar hutang merupakan kewajiban yang sangat ditekankan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda:

“Jiwa seorang mukmin tergantung dengan hutangnya sampai hutangnya dilunasi.” (HR. Tirmidzi)

Hutang menjadi salah satu perkara yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Oleh karena itu, membayar hutang, termasuk hutang riba, harus menjadi prioritas bagi seorang Muslim.

Bahaya Riba dalam Islam

Riba merupakan salah satu dosa besar yang diharamkan secara tegas dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130)

Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:

“Riba itu memiliki 73 pintu dosa, dan dosa yang paling ringan adalah seperti seseorang yang berzina dengan ibunya sendiri.” (HR. Ibnu Majah)

Hutang riba tidak hanya menimbulkan beban finansial, tetapi juga berdampak pada keberkahan hidup seseorang. Oleh karena itu, membayar hutang riba adalah langkah penting untuk membersihkan diri dari dosa dan keluar dari sistem riba.

Kapan Harus Berinfak?

Infak, terutama untuk keluarga, juga merupakan kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Allah SWT berfirman:

“Dan nafkahkanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah: 195)

Dalam konteks keluarga, infak mencakup pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Rasulullah SAW bersabda:

“Seseorang yang menafkahi keluarganya dengan niat karena Allah, maka hal itu menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, seorang Muslim harus menyeimbangkan antara membayar hutang dan memenuhi kebutuhan keluarga.

Mendahulukan Kewajiban

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa prioritas dalam Islam adalah mendahulukan kewajiban daripada amalan sunnah. Membayar hutang adalah kewajiban, sedangkan infak, dalam kondisi tertentu, bisa menjadi sunnah. Namun, jika infak tersebut berkaitan dengan kebutuhan pokok keluarga, maka hukumnya menjadi wajib.

Strategi dalam Menangani Hutang Riba dan Infak

  1. Susun Skala Prioritas
    • Lunasi hutang riba secara bertahap, mulai dari jumlah yang paling kecil atau yang memiliki bunga tertinggi.
    • Pastikan kebutuhan pokok keluarga tetap terpenuhi, seperti makanan, pendidikan, dan kesehatan.
  2. Hindari Penambahan Hutang
    • Jangan menambah hutang, terutama yang melibatkan riba, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Carilah solusi lain yang sesuai syariat.
  3. Perbanyak Doa dan Istighfar
    • Memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa riba yang telah dilakukan dan berdoa agar diberi kemudahan dalam melunasi hutang.
    • Rasulullah SAW mengajarkan doa berikut:“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan beban hutang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  4. Optimalkan Penghasilan Halal
    • Berusaha meningkatkan penghasilan dari sumber yang halal untuk mempercepat pelunasan hutang dan memenuhi kebutuhan keluarga.

Pesan Penting dari Ustadz Adi Hidayat

Dalam salah satu ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya keluar dari jeratan riba sesegera mungkin. Beliau juga menegaskan bahwa prioritas utama adalah menyelesaikan kewajiban, termasuk membayar hutang, tanpa melalaikan tanggung jawab terhadap keluarga. Dengan manajemen yang baik, kedua hal ini dapat berjalan beriringan.

Selain itu, beliau mengingatkan umat Islam untuk senantiasa bertawakal kepada Allah SWT. Ketika seseorang berusaha menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2-3)

Kesimpulan

Mendahulukan pembayaran hutang riba adalah langkah penting untuk membersihkan diri dari dosa besar. Namun, pemenuhan kebutuhan pokok keluarga juga tidak boleh diabaikan. Dengan perencanaan yang matang, umat Islam dapat memenuhi kedua kewajiban ini secara bersamaan.

Sebagai penutup, selalu libatkan Allah SWT dalam setiap keputusan finansial, dan yakinlah bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sesuai syariat akan membawa keberkahan dalam hidup.