Bagaimana Islam menyikapi pemikiran atau adat yang menyimpang?

Dalam era globalisasi ini, pengaruh budaya dan pemikiran asing sering kali masuk ke dalam masyarakat Islam. Tidak jarang, beberapa di antaranya bertentangan dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang murni. Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya menjelaskan bagaimana Islam menyikapi pemikiran atau adat yang menyimpang dari jalan yang benar. Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam, namun tetap memiliki batasan yang jelas dalam menyikapi hal-hal yang bertentangan dengan akidah dan syariatnya.

Islam sebagai Agama yang Tegas namun Rahmatan lil ‘Alamin

Islam adalah agama yang sempurna dan universal, mengatur semua aspek kehidupan manusia dengan aturan yang jelas. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Ma’idah: 3)

Ayat ini menunjukkan bahwa Islam telah ditetapkan sebagai agama yang sempurna, tidak memerlukan tambahan atau pengurangan dari budaya atau pemikiran lain yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Namun, dalam menyikapi adat atau pemikiran yang menyimpang, Islam tidak langsung menolak tanpa alasan yang jelas. Islam mengajarkan umatnya untuk menggunakan akal sehat dan hikmah dalam menilai suatu pemikiran atau adat.

Prinsip Dasar dalam Menyikapi Pemikiran yang Menyimpang

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip dasar dalam Islam yang harus diperhatikan ketika menyikapi pemikiran atau adat yang menyimpang:

  1. Kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis
    Pemikiran atau adat apa pun yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis harus ditinggalkan. Rasulullah SAW bersabda:

    “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.” (HR. Malik)

    Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kedua sumber utama ini harus dikaji ulang dan ditinggalkan jika bertentangan.

  2. Menggunakan Akal Sehat dan Hikmah
    Allah SWT menganugerahkan akal kepada manusia untuk membedakan mana yang benar dan salah. Dalam Islam, penggunaan akal yang sehat dan bijaksana sangat dianjurkan dalam menyikapi adat atau pemikiran yang menyimpang.

    “Dan mereka berkata, ‘Jika sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.’” (QS. Al-Mulk: 10)

    Ayat ini menegaskan pentingnya menggunakan akal untuk memahami dan menilai segala sesuatu.

  3. Musyawarah dan Ijma’ Ulama
    Dalam menghadapi pemikiran atau adat yang baru dan belum jelas hukumnya, Islam menganjurkan untuk melakukan musyawarah dan merujuk kepada ijma’ ulama. Musyawarah ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan yang sesuai dengan syariat Islam.

    “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-Syura: 38)

Adat dan Pemikiran yang Bertentangan dengan Akidah

Islam tegas dalam menolak adat atau pemikiran yang bertentangan dengan akidah. Misalnya, praktik-praktik syirik atau mempercayai kekuatan selain Allah SWT tidak bisa diterima dalam Islam. Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa adat atau pemikiran yang bertentangan dengan prinsip tauhid harus segera dihentikan dan digantikan dengan ajaran yang sesuai dengan Islam.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48)

Islam sebagai Solusi bagi Adat yang Menyimpang

Islam tidak hanya menolak adat atau pemikiran yang menyimpang, tetapi juga menawarkan solusi. Ustadz Adi Hidayat mencontohkan bagaimana Rasulullah SAW mengubah praktik-praktik jahiliyah yang bertentangan dengan Islam menjadi praktik yang sesuai dengan syariat.

Sebagai contoh, sebelum datangnya Islam, orang Arab biasa membunuh anak perempuan karena dianggap membawa aib. Setelah Islam datang, tindakan tersebut dilarang keras, dan Islam mengajarkan pentingnya memuliakan anak perempuan.

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra: 31)

Islam memiliki sikap yang jelas dan tegas dalam menghadapi pemikiran atau adat yang menyimpang. Dengan prinsip kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis, menggunakan akal sehat, dan melakukan musyawarah, Islam memastikan bahwa umatnya tetap berada di jalan yang benar. Dalam setiap langkahnya, Islam selalu menawarkan solusi yang sesuai dengan syariat untuk mengatasi adat atau pemikiran yang menyimpang.