Dalam kehidupan modern yang penuh tantangan, banyak orang merasa ragu untuk memulai usaha atau bisnis. Ketakutan akan kegagalan, kerugian, atau ketidakpastian sering kali membayangi langkah awal mereka. Namun dalam pandangan Islam, berbisnis bukan hanya dibolehkan, melainkan sangat dianjurkan. Bahkan Nabi Muhammad ﷺ sendiri adalah seorang pedagang yang sukses dan jujur sebelum diangkat menjadi Rasul.
Ustadz Khalid Basalamah dalam kajiannya menyampaikan pesan penting: “Jangan takut berbisnis.” Selama dilakukan dengan cara yang halal dan jujur, bisnis bukan hanya menjadi sarana mencari rezeki, tetapi juga ladang pahala.
Islam Mendorong Umatnya untuk Berdagang
Allah SWT berfirman:
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”
(QS. Al-Baqarah: 275)
Ayat ini secara tegas menunjukkan bahwa perdagangan adalah aktivitas yang diizinkan dan diberkahi oleh Allah, selama dilakukan tanpa unsur riba, penipuan, dan kecurangan. Berbisnis adalah bagian dari sunnatullah dalam mencari penghidupan yang halal.
Dalam hadis juga disebutkan:
“Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada pada perdagangan.”
(HR. Ahmad)
Hal ini menjadi dalil kuat bahwa berniaga adalah jalur utama keberkahan rezeki, asalkan dijalankan dengan prinsip-prinsip Islam.
Nabi Muhammad ﷺ sebagai Teladan Pedagang Sukses
Nabi Muhammad ﷺ sejak usia muda sudah bekerja sebagai pedagang. Beliau membawa barang dagangan Khadijah ra. dan dikenal sebagai “Al-Amin” karena kejujurannya. Bahkan keberhasilan beliau dalam bisnis menjadi jalan menuju pernikahan dengan Khadijah.
Ustadz Khalid mengingatkan bahwa jika kita ingin sukses seperti Rasulullah, maka kita harus meneladani akhlaknya dalam berbisnis:
- Jujur dalam setiap transaksi.
- Tidak menyembunyikan cacat barang.
- Tidak menipu atau memainkan harga.
- Tidak curang dalam timbangan dan takaran.
Jangan Takut Rugi, Karena Allah Penjamin Rezeki
Banyak orang ragu memulai usaha karena takut gagal. Namun Ustadz Khalid menegaskan, ketakutan semacam itu adalah bisikan setan. Dalam Islam, rezeki sudah dijamin oleh Allah. Yang terpenting adalah usaha yang halal dan tawakkal.
“Dan tidak ada satu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya…”
(QS. Hud: 6)
Kita hanya diperintahkan untuk berusaha sebaik-baiknya, dan hasilnya serahkan kepada Allah. Jangan takut memulai bisnis hanya karena belum pernah mencobanya.
Modal Utama dalam Bisnis Menurut Islam
Dalam ceramahnya, Ustadz Khalid menyebut bahwa modal utama bisnis dalam Islam bukan hanya uang, tetapi:
- Kejujuran: Fondasi utama dari setiap transaksi yang diridhai Allah.
- Amanah: Menepati janji, menjaga kualitas produk atau jasa.
- Syukur: Bersyukur dengan hasil yang ada tanpa rakus.
- Doa dan Tawakkal: Menyandarkan hasil akhir hanya kepada Allah.
Bisnis Sebagai Ibadah
Jika diniatkan dengan benar, berbisnis bisa menjadi ibadah. Setiap keuntungan yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk hal baik, seperti nafkah keluarga, sedekah, atau infak dakwah, akan dicatat sebagai pahala.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia…”
(QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini menegaskan bahwa mencari rezeki dunia, termasuk melalui bisnis, adalah bagian dari ibadah, selama tidak melupakan tujuan akhirat.
Hindari Praktik Bisnis yang Dilarang
Dalam dunia usaha, Muslim harus menghindari praktik-praktik berikut:
- Riba dan bunga.
- Penipuan dan manipulasi harga.
- Jual beli barang haram (minuman keras, narkoba, dll).
- Monopoli yang merugikan masyarakat.
Ustadz Khalid menegaskan, bisnis yang berkah adalah yang bersih dan jujur. Meskipun untungnya tidak terlalu besar, tapi berkah dan membawa ketenangan hati.
Penutup: Bisnis Itu Jalan Kebaikan
Jangan takut berbisnis. Selama diniatkan karena Allah dan dijalankan sesuai syariat, bisnis akan membawa keberkahan dunia dan akhirat. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk bergantung kepada orang lain, tetapi mendorong untuk mandiri secara finansial, bahkan bisa memberi manfaat bagi banyak orang.
Ustadz Khalid mengingatkan, jangan takut rugi, takutlah jika usaha kita tidak halal. Karena Allah tidak melihat hasil akhir berupa angka, tapi niat dan prosesnya.