Setiap manusia memiliki garis rezekinya masing-masing yang telah Allah tentukan sejak sebelum ia dilahirkan. Dalam Islam, keyakinan ini merupakan bagian dari rukun iman kepada takdir, yaitu percaya bahwa segala sesuatu, termasuk rezeki dan ajal, sudah tercatat dalam Lauhul Mahfuzh. Banyak orang merasa khawatir tentang rezeki yang belum tercapai atau takut kehilangan sumber penghidupan, padahal Allah sudah menjamin bahwa rezeki setiap jiwa tidak akan berkurang sedikit pun sebelum ia meninggal.
Ustadz Khalid Basalamah dalam kajiannya menegaskan bahwa seorang hamba tidak akan meninggal dunia sampai seluruh rezekinya telah Allah sempurnakan. Karena itu, seorang Muslim tidak perlu cemas berlebihan terhadap dunia, melainkan harus berfokus pada usaha yang halal dan penuh keberkahan.
Ringkasan Ceramah Ustadz Khalid Basalamah
Dalam video singkat tersebut, beliau menyampaikan bahwa tidak ada satu pun manusia yang akan wafat sebelum Allah menyempurnakan rezekinya. Jika ada rezeki yang belum diterima, maka Allah akan terus memberikan kesempatan hidup sampai rezeki tersebut sampai pada pemiliknya.
Ustadz Khalid Basalamah menekankan bahwa keyakinan ini seharusnya membuat setiap Muslim lebih tenang dalam menghadapi kehidupan. Rasa khawatir tentang kekurangan rezeki, ketakutan akan kehilangan pekerjaan, atau kesulitan ekonomi tidak boleh mengurangi semangat dalam beribadah dan bekerja secara halal.
Penegasan dalam Al-Qur’an
Allah SWT berfirman:
“Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh).”
(QS. Hud: 6)
Ayat ini menegaskan bahwa seluruh makhluk di muka bumi, tanpa terkecuali, sudah Allah jamin rezekinya. Dengan demikian, tidak pantas seorang hamba merasa putus asa atau berburuk sangka kepada Allah dalam urusan dunia.
Penjelasan Hadis tentang Rezeki dan Ajal
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Ruhul Qudus (Malaikat Jibril) telah membisikkan ke dalam hatiku bahwa tidak ada satu jiwa pun yang akan mati hingga ia menyempurnakan rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah cara mencari rezeki. Jangan sampai keterlambatan rezeki mendorongmu mencarinya dengan cara maksiat, karena apa yang ada di sisi Allah tidak bisa diraih kecuali dengan ketaatan kepada-Nya.”
(HR. Ibnu Majah)
Hadis ini menjadi bukti nyata bahwa setiap orang sudah memiliki jatah rezekinya sendiri, dan yang terpenting adalah bagaimana cara ia mendapatkannya. Rezeki yang halal akan membawa keberkahan, sementara rezeki haram justru membawa kebinasaan.
Hikmah Meyakini Bahwa Rezeki Sudah Dijamin
- Menghilangkan rasa cemas berlebihan
Seorang Muslim tidak perlu takut miskin atau kekurangan karena Allah sudah menjamin rezeki. - Mendorong untuk selalu bersyukur
Kecil atau besar rezeki yang diterima, semuanya adalah ketetapan terbaik dari Allah. - Menjauhkan diri dari cara-cara haram
Karena sadar bahwa rezeki pasti akan datang, maka tidak ada alasan untuk mencarinya lewat jalan haram. - Meningkatkan tawakal kepada Allah
Setelah berusaha, seorang hamba harus menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Sikap yang Harus Dimiliki Seorang Muslim
- Berusaha dengan sungguh-sungguh
Islam tidak membenarkan sikap malas dengan alasan rezeki sudah dijamin. Rezeki harus dijemput dengan usaha. - Mencari yang halal dan thayyib
Rasulullah ﷺ menekankan bahwa doa seseorang bisa tertolak jika ia memakan harta haram. - Bersabar dalam kekurangan
Kekurangan sementara adalah bagian dari ujian, bukan tanda Allah tidak memberi rezeki. - Bersyukur dalam kelapangan
Rezeki yang banyak adalah amanah, harus digunakan untuk kebaikan dan membantu sesama.
Penutup
Ustadz Khalid Basalamah menegaskan bahwa tidak ada satu jiwa pun yang akan wafat sebelum seluruh rezekinya disempurnakan. Keyakinan ini harus menenangkan hati setiap Muslim dan menjauhkan mereka dari rasa putus asa. Tugas kita hanyalah berusaha dengan cara yang halal, bersyukur atas apa yang Allah berikan, serta tawakal dalam setiap keadaan.
Dengan memahami hal ini, seorang Muslim akan lebih fokus pada ibadah, memperbaiki amal, dan mencari rezeki yang penuh keberkahan, bukan hanya mengejar dunia tanpa batas.
