Ikhtiar dan Tawakal dalam Islam
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah mencari nafkah. Islam mendorong umatnya untuk selalu berikhtiar dalam mencapai tujuan hidup, termasuk dalam mencari nafkah. Namun, usaha tersebut tidak boleh lepas dari keyakinan penuh kepada Allah, yang dikenal sebagai tawakal.
Ustadz Muhammad Nurul Dzikri dalam ceramahnya menyampaikan pentingnya menyeimbangkan antara ikhtiar dan tawakal. Meskipun manusia berusaha keras dalam mencari nafkah, hasil akhir dari segala usaha tetap ada di tangan Allah. Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana burung diberi rezeki; pergi di pagi hari dengan perut kosong dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan bahwa meskipun burung berusaha mencari makanan, rezeki mereka tetap berasal dari Allah. Ini adalah pengingat penting bagi umat Islam bahwa usaha tanpa bergantung pada Allah tidak akan memberikan keberkahan.
Mencari Nafkah: Perintah Allah dalam Al-Qur’an
Islam sangat menghargai usaha manusia dalam mencari nafkah yang halal. Dalam QS. Al-Jumu’ah ayat 10, Allah berfirman:
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”
Ayat ini menegaskan bahwa setelah melaksanakan kewajiban spiritual seperti shalat, umat Islam dianjurkan untuk berusaha mencari karunia Allah, yaitu rezeki yang halal. Namun, usaha tersebut harus dilakukan dengan tetap mengingat Allah. Artinya, mencari nafkah adalah bagian dari ibadah apabila dilakukan dengan niat yang baik dan cara yang halal.
Tawakal dalam Mencari Rezeki
Tawakal adalah sikap menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha. Tawakal bukan berarti meninggalkan usaha dan hanya mengandalkan doa, melainkan perpaduan antara usaha maksimal dan kepercayaan penuh kepada Allah. Rasulullah SAW menekankan pentingnya tawakal dalam sabdanya:
“Sekiranya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kamu akan diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, mereka pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Burung tidak diam menunggu rezeki, tetapi mereka berusaha mencari makanan. Begitu pula manusia, harus berusaha sekuat tenaga dalam mencari nafkah, namun tetap menyandarkan hasilnya kepada Allah. Inilah yang disebut dengan tawakal yang benar.
Ikhtiar: Kewajiban untuk Berusaha
Ikhtiar adalah salah satu bentuk tanggung jawab manusia dalam kehidupannya. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri mengingatkan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka berusaha mengubahnya sendiri, sebagaimana disebutkan dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
Ayat ini mengajarkan bahwa berusaha atau berikhtiar adalah syarat utama untuk meraih kesuksesan dan rezeki. Seorang muslim harus berikhtiar dengan cara yang halal, bekerja keras, dan menjauhi segala bentuk penipuan, riba, dan cara-cara yang tidak dibenarkan dalam Islam.
Dalam QS. Al-Mulk ayat 15, Allah SWT juga berfirman:
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
Ayat ini menegaskan bahwa bumi adalah tempat bagi manusia untuk berikhtiar, dan manusia harus berusaha mencari rezeki dengan cara yang baik dan benar.
Keberkahan Rezeki dalam Islam
Ustadz Muhammad Nurul Dzikri juga menjelaskan pentingnya keberkahan dalam rezeki. Rezeki yang berkah adalah rezeki yang membawa kebaikan dunia dan akhirat. Rezeki ini bukan hanya dilihat dari jumlah, tetapi dari manfaat dan ketenangan yang diperoleh darinya. Rezeki yang halal dan berkah akan membawa kebahagiaan yang lebih besar dibandingkan rezeki yang didapatkan dengan cara yang haram.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang samar yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Barang siapa menjaga dirinya dari perkara-perkara yang samar tersebut, maka ia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang muslim harus selalu berhati-hati dalam mencari nafkah, memastikan bahwa segala yang diperoleh adalah dari sumber yang halal agar mendapatkan keberkahan dari Allah.
Doa dan Tawakal sebagai Pelengkap Ikhtiar
Selain ikhtiar, seorang muslim harus selalu mengiringi usahanya dengan doa dan tawakal. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri mengajarkan bahwa doa adalah senjata utama seorang muslim dalam menghadapi segala ujian, termasuk dalam mencari rezeki. Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah SAW untuk memohon keberkahan rezeki adalah:
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dari-Mu dan jauhkanlah aku dari yang haram serta cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari selain-Mu.” (HR. Tirmidzi)
Dengan doa ini, seorang muslim memohon kepada Allah agar diberikan rezeki yang halal dan diberkahi. Di samping itu, doa juga merupakan bentuk tawakal kepada Allah setelah berikhtiar.
Kesimpulan
Mencari nafkah adalah kewajiban setiap muslim, namun usaha tersebut harus selalu diiringi dengan tawakal kepada Allah. Islam mengajarkan keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal, sehingga seorang muslim tidak hanya berusaha mencari nafkah secara halal, tetapi juga senantiasa bergantung kepada Allah dalam setiap langkahnya.
Ustadz Muhammad Nurul Dzikri dalam ceramahnya mengingatkan bahwa keberhasilan dalam mencari nafkah tidak semata-mata ditentukan oleh usaha manusia, tetapi juga oleh keberkahan dan ridha Allah. Oleh karena itu, setiap usaha harus disertai dengan niat yang ikhlas, doa, dan keyakinan penuh kepada Allah SWT.