Rajin Bersedekah dan Bangun Masjid, Tapi Masih Bermaksiat

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita temui orang-orang yang rajin bersedekah, berinfak, bahkan membangun masjid, namun masih terjerumus dalam maksiat. Fenomena ini menjadi topik yang dibahas oleh Ustadz Khalid Basalamah dalam salah satu ceramahnya. Islam sangat memuliakan amalan seperti sedekah dan membangun masjid, namun amal tersebut bisa kehilangan keberkahannya jika disertai dengan maksiat. Artikel ini akan membahas bagaimana Islam memandang hal tersebut berdasarkan Al-Qur’an, hadis, dan nasihat Ustadz Khalid Basalamah.

Amalan yang Diterima Hanya dengan Ketakwaan

Allah SWT telah menetapkan bahwa setiap amalan hanya akan diterima jika dilakukan dengan niat ikhlas dan ketakwaan. Firman Allah:

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.”
(Surat Al-Maidah: 27)

Sedekah, infak, dan membangun masjid adalah amalan mulia, namun jika pelakunya masih melakukan maksiat tanpa upaya bertaubat, maka keberkahan dari amalan tersebut bisa hilang.

Hubungan antara Sedekah dan Maksiat

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itu adalah hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Amalan lahiriah seperti sedekah dan membangun masjid adalah cerminan dari keimanan seseorang. Namun, jika hati masih condong kepada maksiat, maka amalan tersebut tidak akan membawa manfaat penuh bagi pelakunya.

1. Sedekah sebagai Penghapus Dosa

Islam mengajarkan bahwa sedekah dapat menghapus dosa. Rasulullah SAW bersabda:

“Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api.”
(HR. Tirmidzi)

Namun, hal ini bukan berarti seseorang boleh terus bermaksiat dengan mengandalkan sedekah untuk menghapus dosa-dosanya. Prinsip dasar Islam adalah menjauhi dosa terlebih dahulu dan memperbanyak amalan baik.

2. Jangan Meremehkan Dosa Kecil

Sering kali, maksiat dianggap remeh karena bentuknya kecil. Namun, dosa kecil yang dilakukan terus-menerus tanpa taubat dapat menumpuk dan membawa murka Allah.

“Dan kamu mengira remeh padahal di sisi Allah itu besar.”
(Surat An-Nur: 15)

Ustadz Khalid Basalamah mengingatkan bahwa seorang Muslim harus selalu memperbaiki dirinya, terutama dengan meninggalkan kebiasaan buruk atau maksiat.

Pentingnya Membangun Masjid dengan Niat yang Ikhlas

Membangun masjid adalah salah satu amalan jariyah yang pahalanya terus mengalir, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangunkan baginya rumah di surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, membangun masjid harus dilakukan dengan niat yang tulus karena Allah, bukan untuk mencari popularitas atau menutupi perbuatan maksiat. Niat yang tidak ikhlas dapat merusak pahala amalan tersebut.

Bagaimana Menghindari Kontradiksi dalam Amal?

1. Bertaubat dari Maksiat

Taubat adalah jalan utama untuk memperbaiki diri. Allah SWT berfirman:

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.”
(Surat An-Nur: 31)

Taubat yang sungguh-sungguh melibatkan penyesalan, meninggalkan dosa, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

2. Perbaiki Hati dan Niat

Keikhlasan adalah inti dari setiap amal. Tanpa niat yang benar, amal yang besar sekalipun tidak akan diterima di sisi Allah.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan (balasan) sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

3. Jauhi Dosa Besar dan Dosa Kecil

Meninggalkan maksiat adalah langkah penting untuk mendapatkan keberkahan dari amal. Rasulullah SAW bersabda:

“Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seperti dia duduk di bawah gunung yang dia takut akan jatuh menimpanya. Sedangkan orang fasik melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya, lalu dia mengusirnya.”
(HR. Bukhari)

4. Konsisten dalam Ibadah

Konsistensi dalam ibadah, baik yang wajib maupun sunnah, akan membantu menjaga hati agar tidak condong kepada maksiat.

Kisah yang Menginspirasi

Ustadz Khalid Basalamah menceritakan kisah seorang sahabat Nabi yang rajin bersedekah, tetapi masih memiliki kebiasaan buruk. Ketika ditegur oleh Rasulullah SAW, sahabat tersebut segera bertaubat dan memperbaiki dirinya. Taubatnya diterima oleh Allah, dan amalan sedekahnya menjadi sebab turunnya rahmat.

Tanda Amalan yang Diterima Allah

Amalan yang diterima Allah memiliki tanda-tanda berikut:

  1. Meningkatkan Ketakwaan: Amalan tersebut membuat seseorang semakin dekat kepada Allah.
  2. Menjauhkan dari Maksiat: Orang yang beramal akan merasa malu jika melakukan dosa.
  3. Mendatangkan Ketenangan: Amalan yang diterima Allah memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam hati.

Kesimpulan

Rajin bersedekah dan membangun masjid adalah amalan yang sangat mulia. Namun, jika seseorang masih bermaksiat tanpa upaya bertaubat, amal tersebut kehilangan esensi dan keberkahannya. Islam mengajarkan keseimbangan antara amalan lahiriah dan batiniah, yakni menjauhi dosa sambil memperbanyak amal kebaikan.

Sebagaimana nasihat Ustadz Khalid Basalamah, jadikan sedekah dan ibadah lainnya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, bukan sebagai “penebus” dosa yang dilakukan secara terus-menerus. Mari kita perbaiki niat, bertaubat, dan memperbaiki diri agar amal kita diterima dan mendapatkan ridha Allah SWT.