Praktik Toleransi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Toleransi merupakan konsep penting dalam membangun kehidupan yang harmonis dan damai, baik dalam skala individu maupun dalam konteks berbangsa dan bernegara. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin mendorong umatnya untuk berperilaku toleran terhadap sesama, tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau ras. Ustadz Adi Hidayat dalam kajiannya menyampaikan pentingnya mengimplementasikan toleransi dalam kehidupan berbangsa, sesuai dengan pedoman Al-Qur’an dan Sunnah.

1. Pengertian Toleransi dalam Islam

Toleransi dalam Islam dikenal dengan istilah tasamuh, yang berarti kelapangan hati, saling menghargai, dan tidak memaksakan kehendak. Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati perbedaan yang ada, sebab Allah sendiri menciptakan manusia dalam berbagai suku, bangsa, dan agama sebagai tanda kebesaran-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Ayat ini menjadi dasar bagi umat Islam untuk bersikap toleran, menghargai perbedaan, dan tidak memandang rendah kelompok lain.

2. Contoh Toleransi dalam Kehidupan Rasulullah SAW

Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam menerapkan toleransi. Salah satu contoh yang sangat terkenal adalah Piagam Madinah, yang mengatur hak dan kewajiban antara umat Islam dengan pemeluk agama lain di Madinah. Piagam ini memperlihatkan sikap Rasulullah yang menghargai perbedaan keyakinan dan berusaha menciptakan perdamaian dalam kehidupan masyarakat Madinah yang majemuk.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa Piagam Madinah merupakan bukti nyata bahwa Islam menjunjung tinggi sikap toleransi. Umat Islam diizinkan untuk menjalankan ajaran agamanya, begitu pula umat lain diberi kebebasan beribadah tanpa gangguan. Prinsip inilah yang harus diteladani dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Sikap Toleransi dalam Kehidupan Berbangsa

Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya penerapan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam masyarakat Indonesia yang beragam, toleransi menjadi pilar penting agar tercipta kehidupan yang damai dan harmonis. Islam mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah hal yang harus dihindari, melainkan bagian dari kehendak Allah yang seharusnya disyukuri.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6)

Ayat ini menegaskan bahwa dalam urusan keyakinan, setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih, tanpa harus memaksa atau dipaksa. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa sikap ini perlu ditanamkan dalam diri umat Islam agar mampu hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Prinsip-prinsip Toleransi Menurut Islam

Ada beberapa prinsip yang diajarkan Islam dalam membangun sikap toleransi, di antaranya:

a. Tidak Memaksa dalam Urusan Agama

Islam melarang memaksa orang lain untuk masuk Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam).” (QS. Al-Baqarah: 256)

Ayat ini menjadi landasan bagi umat Islam untuk tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, umat Islam harus menghargai keyakinan yang dianut oleh orang lain dan tidak melakukan tindakan yang merusak kerukunan.

b. Menghormati Hak Orang Lain

Menghormati hak orang lain merupakan bagian dari sikap toleransi yang dianjurkan dalam Islam. Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa menjaga hak sesama manusia, termasuk dalam beragama, merupakan akhlak mulia yang diajarkan Rasulullah SAW. Islam tidak hanya mengajarkan untuk menghormati hak umat Islam, tetapi juga umat agama lain, selama mereka tidak memusuhi atau mengganggu umat Islam.

c. Menjaga Persatuan dan Kesatuan

Islam sangat menjunjung tinggi persatuan. Dalam berbangsa dan bernegara, umat Islam dianjurkan untuk menjaga persatuan demi kemaslahatan bersama. Allah SWT berfirman:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 103)

Ayat ini mengingatkan pentingnya persatuan dalam kehidupan bermasyarakat. Persatuan akan menciptakan stabilitas dan ketentraman, sehingga setiap orang dapat menjalankan kehidupannya dengan aman dan nyaman.

5. Tantangan Toleransi di Era Modern

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa di era modern, praktik toleransi sering kali menghadapi berbagai tantangan. Tantangan ini muncul dalam bentuk prasangka, diskriminasi, atau bahkan konflik antar agama dan budaya. Oleh karena itu, setiap Muslim harus menguatkan pemahaman tentang toleransi sesuai ajaran Islam agar mampu mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

Di era digital, sering kali informasi yang beredar dapat menimbulkan kesalahpahaman antar kelompok. Karena itu, sangat penting untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi dan memastikan bahwa setiap tindakan atau ucapan tidak merugikan atau menyinggung kelompok lain.

6. Cara Menerapkan Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari

Beberapa langkah konkret yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun sikap toleransi, antara lain:

  • Menghormati Upacara Keagamaan: Jika ada perayaan atau upacara keagamaan umat lain, sebagai seorang Muslim, sebaiknya kita menghormati dan tidak mengganggu acara tersebut. Ini adalah bentuk sikap toleransi dalam praktik nyata.
  • Tidak Menyebarkan Kebencian: Hindari perkataan atau tindakan yang dapat menimbulkan kebencian atau perselisihan antar agama.
  • Berbicara dengan Sopan dan Bijak: Gunakan bahasa yang baik ketika berdiskusi atau berdebat. Ustadz Adi Hidayat menyarankan agar kita selalu menggunakan kata-kata yang baik dan tidak menyakiti orang lain.

Toleransi adalah bagian integral dari ajaran Islam yang harus diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sikap toleransi mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan, menjaga persatuan, dan tidak memaksakan kehendak. Rasulullah SAW telah mencontohkan sikap toleransi melalui berbagai peristiwa, dan umat Islam sebaiknya menjadikan beliau sebagai teladan dalam menjalani kehidupan sosial yang damai dan harmonis.

Sebagai Muslim, sudah sepatutnya kita menerapkan sikap toleransi yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari, demi terciptanya kedamaian dan ketentraman dalam masyarakat yang beragam. Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa toleransi bukan berarti menggadaikan akidah, melainkan menjaga kerukunan di tengah perbedaan, demi mewujudkan masyarakat yang harmonis.