Dalam Islam, kesuksesan dunia dan akhirat bukan hanya diukur dari materi. Orang yang kaya dalam harta, namun miskin dalam hati, tidak akan pernah meraih kebahagiaan sejati. Pola pikir orang kaya menurut Islam memiliki landasan yang berbeda dibandingkan dengan persepsi umum yang hanya mengutamakan kekayaan dunia. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri dalam salah satu ceramahnya menjelaskan bahwa kekayaan dalam Islam adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan amal.
Pola Pikir Orang Kaya Sejati Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an mengajarkan kepada umat Islam untuk tidak hanya fokus pada harta dunia, tetapi juga pada akhirat. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT berfirman:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Ayat ini mengajarkan bahwa kekayaan sejati adalah kekayaan yang digunakan untuk jalan Allah. Dengan demikian, orang kaya yang bijak dalam Islam adalah mereka yang sadar bahwa harta hanyalah titipan dan wajib disalurkan untuk kebaikan. Pemikiran ini berbeda dari pola pikir materialistik yang hanya mengejar keuntungan pribadi.
Kekayaan dan Zakat: Menyucikan Harta
Salah satu prinsip dalam Islam yang memperkuat pandangan ini adalah kewajiban zakat. Zakat adalah sarana untuk membersihkan harta dan menumbuhkan empati terhadap sesama. Sebagaimana firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 103:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka…” (QS. At-Taubah: 103)
Zakat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan cara untuk memastikan bahwa kekayaan tidak mengeraskan hati seseorang. Dalam pola pikir orang kaya yang benar, mereka memahami bahwa sebagian harta mereka adalah hak orang lain. Ini bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang menyucikan diri dan menjaga keseimbangan sosial.
Hadis Tentang Harta dan Akhirat
Selain dari Al-Qur’an, banyak hadis yang menyoroti bagaimana seorang Muslim seharusnya memandang kekayaan. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari)
Hadis ini memperkuat konsep bahwa kekayaan sejati bukan hanya sekadar materi, tetapi adalah rasa cukup dan kebahagiaan dari dalam hati. Orang kaya dalam Islam bukanlah mereka yang memiliki segunung harta, tetapi mereka yang hatinya lapang dan tidak tergoda oleh dunia.
Pola Pikir Orang Kaya yang Harus Ditanamkan
Dalam ceramahnya, Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang Muslim yang diberi kelebihan harta:
- Niat yang Lurus: Niat memiliki kekayaan seharusnya untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan semata untuk kemewahan atau status sosial. Dengan niat yang benar, kekayaan akan menjadi berkah.
- Tawakal dan Syukur: Seorang Muslim harus selalu bersyukur atas rezeki yang diberikan, baik banyak atau sedikit. Tawakal, atau menyerahkan hasil usaha kepada Allah, akan membebaskan hati dari kekhawatiran duniawi.
- Memberi dan Berbagi: Kekayaan adalah amanah yang harus didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan. Dalam pola pikir orang kaya sejati, sedekah dan zakat bukan hanya amal, tetapi bagian dari tanggung jawab sosial dan spiritual.
- Hindari Kesombongan: Kekayaan sering kali menjadi ujian. Orang kaya yang sombong adalah mereka yang lupa bahwa segala sesuatu adalah milik Allah. Oleh karena itu, rendah hati dan selalu ingat bahwa harta hanya sementara adalah kunci.
Pola pikir orang kaya menurut Ustadz Muhammad Nurul Dzikri adalah pola pikir yang berfokus pada akhirat. Harta hanyalah alat untuk mencapai ridha Allah dan bukan tujuan akhir. Seorang Muslim yang kaya adalah mereka yang selalu bersyukur, berderma, dan menjaga hatinya agar tidak terikat pada dunia.
Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Munafiqun ayat 10:
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata (menyesali), ‘Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.'” (QS. Al-Munafiqun: 10)
Pola pikir yang benar tentang kekayaan akan membantu kita untuk lebih bijak dalam memanfaatkan harta dan menjadikannya sarana untuk berbuat kebaikan