Penjelasan Waktu Isra’ Mi’raj

Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Islam, yang terjadi pada Nabi Muhammad ﷺ. Peristiwa ini bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual yang menunjukkan kebesaran Allah SWT dan keistimewaan Nabi Muhammad ﷺ sebagai utusan-Nya. Ustadz Adi Hidayat dalam kajiannya menjelaskan secara mendalam mengenai waktu dan konteks terjadinya Isra’ Mi’raj berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis, serta hikmah besar yang terkandung di dalamnya. Artikel ini akan menguraikan peristiwa Isra’ Mi’raj berdasarkan penjelasan Ustadz Adi Hidayat.

Pengertian Isra’ Mi’raj

Isra’ dan Mi’raj adalah dua peristiwa yang berbeda namun saling berkaitan. Isra’ adalah perjalanan malam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Isra’ ayat 1:

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra’: 1)

Mi’raj, di sisi lain, adalah perjalanan spiritual Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha di langit tertinggi. Di sinilah Nabi ﷺ bertemu dengan Allah SWT dan menerima perintah shalat lima waktu yang menjadi kewajiban bagi umat Islam.

Waktu Terjadinya Isra’ Mi’raj

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa penentuan waktu terjadinya Isra’ Mi’raj adalah salah satu pembahasan yang menarik dalam sejarah Islam. Meskipun tidak ada tanggal pasti yang disebutkan dalam Al-Qur’an atau Hadis, para ulama sepakat bahwa peristiwa ini terjadi pada tahun sebelum Nabi Muhammad ﷺ hijrah ke Madinah, sekitar tahun 621 Masehi.

Baca Juga:  Berkah Hafal Surah Al-Mulk oleh Gus Baha

Beberapa riwayat menunjukkan bahwa Isra’ Mi’raj terjadi pada bulan Rajab, namun ada pula yang menyebutkan bulan Rabiul Awal atau bulan lain. Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, yang terpenting adalah hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa ini. Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa Isra’ Mi’raj bukan hanya sekadar peristiwa sejarah, tetapi merupakan momentum spiritual bagi setiap Muslim untuk merenungkan kebesaran Allah SWT dan pentingnya shalat sebagai tiang agama.

Isra’ Mi’raj dalam Konteks Spiritual

Perjalanan Isra’ Mi’raj tidak hanya menggambarkan perjalanan fisik yang luar biasa, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad ﷺ diperlihatkan berbagai tanda kebesaran Allah SWT, termasuk surga, neraka, dan kondisi umat manusia yang akan dihisab di akhirat.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj memberikan pesan penting tentang keteguhan iman, ketakwaan, dan kepercayaan kepada hal-hal gaib. Allah SWT memperlihatkan kepada Nabi ﷺ bagaimana kehidupan setelah mati, yang mengingatkan umat Muslim akan pentingnya memperbaiki amal ibadah mereka di dunia.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Aku diperlihatkan surga, dan aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih indah dari itu. Dan aku diperlihatkan neraka, dan aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih mengerikan dari itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Melalui Isra’ Mi’raj, umat Muslim diajak untuk memperkuat keimanan dan menjadikan peristiwa ini sebagai inspirasi untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah, terutama shalat.

Shalat: Hadiah dari Isra’ Mi’raj

Salah satu hasil utama dari peristiwa Mi’raj adalah perintah shalat lima waktu yang langsung diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad ﷺ. Pada awalnya, shalat yang diwajibkan kepada umat Islam adalah 50 waktu dalam sehari, namun setelah beberapa kali permohonan dari Nabi Muhammad ﷺ, jumlah tersebut diringankan menjadi 5 waktu.

Baca Juga:  Waktu-waktu terkabulnya doa

Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa shalat adalah salah satu bentuk ibadah yang paling penting dalam Islam. Shalat adalah tiang agama dan merupakan ibadah pertama yang akan dihisab di hari kiamat. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat, barang siapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Tirmidzi)

Isra’ Mi’raj mengingatkan umat Muslim tentang pentingnya shalat dalam kehidupan sehari-hari. Shalat bukan hanya kewajiban ritual, tetapi juga sarana komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya. Shalat memberikan kekuatan spiritual, ketenangan hati, dan menjadi benteng dari perbuatan maksiat.

Hikmah dan Pelajaran dari Isra’ Mi’raj

Peristiwa Isra’ Mi’raj mengandung banyak pelajaran penting bagi umat Islam. Beberapa hikmah yang bisa diambil dari peristiwa ini antara lain:

  1. Kepercayaan kepada Hal-hal Gaib: Isra’ Mi’raj adalah peristiwa yang di luar nalar manusia biasa, namun menjadi bukti keimanan kepada hal-hal gaib yang hanya bisa dipahami melalui keyakinan kepada Allah SWT.
  2. Pentingnya Shalat: Shalat adalah kewajiban yang ditetapkan langsung oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad ﷺ dalam peristiwa Mi’raj. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya shalat dalam kehidupan seorang Muslim.
  3. Keteguhan Iman di Tengah Ujian: Isra’ Mi’raj terjadi pada saat Nabi Muhammad ﷺ mengalami masa-masa sulit, termasuk kehilangan istri tercinta, Khadijah, dan paman beliau, Abu Thalib. Peristiwa ini mengajarkan bahwa di balik kesulitan, selalu ada jalan keluar dan pertolongan dari Allah SWT.
  4. Tanda-tanda Kebesaran Allah: Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad ﷺ diperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT, yang mengingatkan umat Muslim tentang kekuasaan Allah dan kehidupan akhirat.

Isra’ Mi’raj adalah peristiwa yang memiliki makna mendalam bagi umat Islam. Melalui perjalanan malam ini, Nabi Muhammad ﷺ menerima perintah shalat lima waktu yang menjadi kewajiban bagi seluruh umat Muslim. Ustadz Adi Hidayat mengajak umat Islam untuk mengambil hikmah dari Isra’ Mi’raj dengan memperkuat keimanan, memperbaiki shalat, dan selalu berserah diri kepada Allah SWT. Isra’ Mi’raj bukan hanya tentang perjalanan Nabi, tetapi juga tentang perjalanan spiritual setiap Muslim menuju ketaatan kepada Allah SWT.