Dalam Islam, menuntut ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang Muslim, dan para penuntut ilmu memiliki derajat yang berbeda di sisi Allah. Ustadz Adi Hidayat dalam salah satu ceramahnya menekankan bahwa para penuntut ilmu tidaklah sama, baik dari segi niat, tujuan, maupun pengaruh ilmu yang mereka cari. Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis, beliau menjelaskan berbagai tipe penuntut ilmu dan bagaimana ilmu yang benar dapat mengantarkan seseorang kepada derajat yang tinggi di dunia dan akhirat.
1. Niat Menuntut Ilmu yang Berbeda
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa salah satu faktor utama yang membedakan penuntut ilmu adalah niat mereka. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Penuntut ilmu yang niatnya ikhlas karena Allah akan mendapatkan keberkahan dan kemuliaan dari ilmu yang mereka pelajari. Sebaliknya, penuntut ilmu yang niatnya hanya untuk mencari popularitas, penghargaan dunia, atau kepentingan pribadi tidak akan mendapatkan manfaat yang sesungguhnya dari ilmu tersebut. Oleh karena itu, Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya niat yang benar sebelum menuntut ilmu.
2. Ilmu yang Menghantarkan kepada Ketakwaan
Tidak semua ilmu akan membawa seseorang kepada ketakwaan. Allah berfirman dalam Surah Al-Mujadilah (58:11): “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”
Ilmu yang sejati adalah ilmu yang mampu meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan seseorang kepada Allah. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa ilmu yang tidak membawa kepada perubahan perilaku, tidak menjauhkan dari kemaksiatan, atau tidak menambah rasa takut kepada Allah hanyalah sekadar pengetahuan. Ilmu yang benar akan mempengaruhi sikap dan perilaku, menjadikan seseorang lebih taat kepada Allah dan lebih peduli terhadap sesama.
3. Ilmu yang Bermanfaat untuk Diri Sendiri dan Orang Lain
Dalam Islam, ilmu yang bermanfaat tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad).
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa ada perbedaan antara penuntut ilmu yang hanya menyimpan ilmunya untuk dirinya sendiri dengan penuntut ilmu yang berusaha menyebarkan ilmu kepada orang lain. Ilmu yang bermanfaat akan terus mengalirkan pahala, bahkan setelah seseorang meninggal dunia, sebagaimana yang disebutkan dalam Hadis: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu, penuntut ilmu yang sejati adalah mereka yang berusaha mengamalkan dan menyebarkan ilmu yang dimiliki untuk kebaikan umat.
4. Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat
Dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat juga membahas tentang perbedaan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Ilmu dunia adalah ilmu yang berkaitan dengan urusan kehidupan dunia, seperti ilmu ekonomi, teknologi, dan ilmu pengetahuan lainnya. Sedangkan ilmu akhirat adalah ilmu yang berkaitan dengan agama dan kehidupan setelah mati, seperti ilmu tauhid, fiqh, dan tafsir.
Meskipun ilmu dunia penting, Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa ilmu akhirat memiliki prioritas yang lebih tinggi. Hal ini karena ilmu akhirat akan menjadi bekal utama seseorang dalam menghadapi kehidupan setelah kematian. Namun, bukan berarti ilmu dunia tidak penting, sebab dalam Islam, setiap ilmu yang bermanfaat dan membawa kebaikan juga dihargai, selama digunakan dengan niat yang benar dan tidak melupakan tujuan akhir, yaitu mencari ridha Allah.
5. Kesabaran dalam Menuntut Ilmu
Salah satu sifat yang membedakan penuntut ilmu adalah kesabaran. Menuntut ilmu adalah proses yang panjang dan memerlukan usaha yang konsisten. Allah berfirman dalam Surah Al-Kahfi (18:65-66) tentang kisah Nabi Musa yang mencari ilmu dari Nabi Khidir: “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami beri rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepadanya, ‘Bolehkah aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?'”
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa kesabaran adalah kunci dalam proses menuntut ilmu. Tanpa kesabaran, seseorang akan mudah putus asa dan berhenti di tengah jalan. Ilmu yang mendalam dan manfaat jangka panjang hanya bisa diraih melalui kesabaran dan ketekunan.
6. Rendah Hati dalam Ilmu
Rendah hati adalah sifat yang harus dimiliki oleh setiap penuntut ilmu. Semakin tinggi ilmu seseorang, seharusnya semakin rendah hati dan merasa semakin kecil di hadapan Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim).
Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa penuntut ilmu yang sejati selalu merasa bahwa ilmunya belum cukup dan terus belajar dengan rendah hati. Mereka tidak merasa lebih baik dari orang lain karena ilmunya, tetapi justru berusaha untuk memberikan manfaat kepada orang lain dengan penuh keikhlasan.
7. Menjaga Keikhlasan dalam Menuntut Ilmu
Poin terakhir yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat adalah pentingnya menjaga keikhlasan dalam menuntut ilmu. Allah berfirman dalam Surah Al-Bayyinah (98:5): “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…”
Keikhlasan adalah pondasi dari setiap amalan, termasuk dalam menuntut ilmu. Penuntut ilmu yang ikhlas akan selalu mengarahkan ilmunya untuk mencari ridha Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia. Keikhlasan ini akan menjadi pembeda antara ilmu yang berkah dan ilmu yang tidak membawa manfaat.
Para penuntut ilmu memang berbeda satu sama lain, tergantung pada niat, tujuan, dan amal yang mereka lakukan. Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa ilmu yang benar adalah ilmu yang mendekatkan diri kepada Allah, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, dan diamalkan dengan kesabaran serta rendah hati. Menuntut ilmu adalah jalan menuju keberkahan hidup di dunia dan akhirat, selama dilakukan dengan niat yang ikhlas dan tujuan yang benar.