Bisyr bin al-Harits, yang dikenal sebagai salah satu ulama besar dalam ilmu hadis dan tasawuf, dulunya adalah seorang pemuda yang hidup dalam kelalaian. Namun, Allah SWT memberinya hidayah melalui peristiwa yang mengubah hidupnya secara drastis.
Dalam kajian Ustadz Muhammad Nurul Dzikri, dikisahkan bagaimana Bisyr bin al-Harits meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi seorang ahli ibadah setelah mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Kisah taubatnya menjadi inspirasi bagi banyak umat Islam untuk selalu kembali kepada Allah, tidak peduli seberapa jauh mereka telah tersesat.
Awal Kehidupan Bisyr bin al-Harits
Bisyr bin al-Harits lahir di Marw (sekarang wilayah Turkmenistan) pada abad ke-2 Hijriah. Ia tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi gemerlap dunia dan kehidupan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Meskipun memiliki kecerdasan luar biasa dan kemampuan dalam ilmu hadis, gaya hidupnya tidak mencerminkan seorang ulama yang taat.
Namun, Allah SWT telah menetapkan jalan hidayah bagi hamba-Nya yang dikehendaki. Firman-Nya dalam Al-Qur’an:
“Kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS. At-Tawbah: 118)
Ayat ini mengingatkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk bertaubat, sebagaimana yang terjadi pada Bisyr bin al-Harits.
Peristiwa yang Mengubah Hidupnya
Suatu hari, Bisyr bin al-Harits sedang berjalan di sebuah jalanan kota Baghdad. Dalam keadaan mabuk, ia menemukan secarik kertas yang bertuliskan nama Allah. Karena hatinya masih memiliki rasa hormat terhadap agama, ia mengambil kertas tersebut, membersihkannya, dan memberinya wewangian.
Malam harinya, Bisyr bermimpi melihat Allah SWT berfirman kepadanya:
“Wahai Bisyr, engkau telah memuliakan nama-Ku di dunia. Maka, Aku akan memuliakan namamu di dunia dan akhirat.”
Mimpi itu membuat Bisyr tersadar. Ia menangis dan menyesali hidupnya yang selama ini jauh dari ajaran Islam. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk meninggalkan kehidupan lamanya dan bertekad untuk mencari ilmu serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Perjalanan Menjadi Seorang Ulama
Setelah bertobat, Bisyr bin al-Harits mengubah kehidupannya sepenuhnya. Ia meninggalkan kemewahan, hidup dalam kesederhanaan, dan mulai menuntut ilmu agama dengan sungguh-sungguh.
Ia berguru kepada para ulama besar pada zamannya dan menjadi ahli hadis yang dihormati. Ucapannya selalu dipenuhi hikmah, dan banyak orang yang datang kepadanya untuk mencari nasihat. Salah satu kalimat yang terkenal dari Bisyr bin al-Harits adalah:
“Barang siapa mencari kemuliaan di dunia, ia akan dihinakan di akhirat. Barang siapa merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan meninggikan derajatnya.”
Sabda Rasulullah SAW pun menguatkan prinsip ini:
“Barang siapa yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)
Hikmah dari Kisah Taubat Bisyr bin al-Harits
Kisah taubat Bisyr bin al-Harits memberikan banyak pelajaran bagi kita, di antaranya:
1. Allah SWT Maha Pengampun
Sebesar apa pun dosa seseorang, Allah SWT selalu membuka pintu taubat. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat dosa di siang hari bertobat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat dosa di malam hari bertobat, hingga matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim)
Jika Bisyr yang dulunya hidup dalam kemaksiatan bisa mendapatkan ampunan dan menjadi seorang ulama besar, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bertaubat.
2. Kebaikan Kecil Bisa Membawa Hidayah
Bisyr bin al-Harits mendapatkan hidayah karena perbuatannya yang tampak sederhana, yaitu memuliakan nama Allah SWT. Ini menunjukkan bahwa kebaikan sekecil apa pun bisa menjadi jalan menuju perubahan besar dalam hidup seseorang.
Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah engkau meremehkan suatu kebaikan, walaupun hanya dengan wajah yang berseri ketika bertemu saudaramu.” (HR. Muslim)
3. Hidup Zuhud Membawa Keberkahan
Setelah bertaubat, Bisyr memilih hidup sederhana dan tidak tergoda oleh gemerlap dunia. Ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada harta, melainkan pada ketenangan hati dan kedekatan dengan Allah SWT.
Firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Ketahuilah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Kesimpulan
Kisah taubat Bisyr bin al-Harits mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk kembali kepada Allah SWT, tidak peduli seberapa jauh ia telah tersesat. Hidayah bisa datang melalui hal-hal kecil, dan yang paling penting adalah kesungguhan dalam bertaubat serta berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dan tidak pernah putus asa dalam mencari rahmat-Nya.