Kewajiban Berdakwah dengan Hikmah

Dalam Islam, dakwah bukanlah tugas eksklusif para ulama atau ustadz saja. Setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan kebaikan, meskipun hanya satu ayat. Namun, dakwah yang benar tidak hanya menyampaikan, melainkan juga harus dilakukan dengan hikmah—bijaksana, lemah lembut, dan penuh kasih.

Dakwah: Tugas Mulia Setiap Muslim

Allah ﷻ memerintahkan umat Islam untuk mengajak kepada kebaikan. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
(QS. An-Nahl: 125)

Ayat ini menjadi dasar utama metode dakwah Islam. Ustadz Khalid Basalamah dalam ceramah pendeknya mengingatkan bahwa hikmah adalah kunci sukses dakwah. Seseorang bisa memiliki ilmu, tapi jika menyampaikannya dengan cara kasar atau merendahkan orang lain, maka yang terjadi justru penolakan.

Ringkasan Ceramah Ustadz Khalid Basalamah

Dalam video singkat berdurasi kurang dari 1 menit, Ustadz Khalid menegaskan bahwa kewajiban berdakwah tetap berlaku untuk setiap Muslim, apapun latar belakangnya. Namun, penyampaiannya harus mempertimbangkan situasi dan kondisi pendengar.

Beliau mencontohkan bahwa jika seseorang menyampaikan kebenaran dengan cara menyudutkan, mengejek, atau tanpa memahami karakter lawan bicara, maka kebenaran itu bisa ditolak. Dakwah bukan hanya menyampaikan isi, tapi juga bagaimana cara menyampaikannya.

Makna Hikmah dalam Dakwah

Hikmah berasal dari kata al-hikmah yang berarti kebijaksanaan. Dalam konteks dakwah, hikmah mencakup:

  1. Pemilihan waktu yang tepat – Menyampaikan nasihat di saat hati sedang terbuka.
  2. Bahasa yang santun dan lembut – Tidak menyudutkan atau menghakimi.
  3. Pemahaman terhadap audiens – Menyesuaikan bahasa dan pendekatan sesuai umur, tingkat ilmu, dan situasi.

Contoh Dakwah dengan Hikmah dari Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam dakwah. Beliau berdakwah kepada orang-orang kafir Quraisy yang keras kepala dan kejam, namun tidak pernah membalas dengan kebencian. Bahkan ketika dihina, dilempari batu, atau dikucilkan, beliau tetap bersabar dan mendoakan mereka agar mendapatkan hidayah.

Dalam sebuah Hadis diriwayatkan:

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangan; jika tidak mampu, maka dengan lisan; jika tidak mampu juga, maka dengan hati, dan itulah selemah-lemah iman.”
(HR. Muslim)

Hadis ini menekankan bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah bagian dari dakwah yang bisa dilakukan sesuai kemampuan masing-masing, dan tidak harus selalu dengan cara konfrontatif.

Strategi Berdakwah yang Efektif

Berikut adalah beberapa strategi agar dakwah menjadi lebih bijak dan diterima:

  1. Mulai dari hal-hal yang mendasar
    Ajak pada tauhid, shalat, dan akhlak mulia sebelum masuk ke persoalan furu’ (cabang).
  2. Jadilah pendengar yang baik
    Banyak orang ingin didengar sebelum diajak berubah. Pahami masalah mereka dulu.
  3. Berikan contoh nyata
    Teladan lebih kuat daripada sekadar nasihat. Dakwah terbaik adalah lewat akhlak.
  4. Gunakan pendekatan kasih sayang, bukan rasa takut
    Ajarkan Islam sebagai rahmat, bukan sebagai beban atau ancaman.

Jangan Memaksakan Hidayah

Meskipun kita berdakwah dengan penuh hikmah, hidayah tetap milik Allah. Kita hanya bertugas menyampaikan. Bahkan Rasulullah ﷺ pun tidak mampu memberikan hidayah kepada pamannya, Abu Thalib, meskipun telah berusaha keras.

Allah berfirman:

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.”
(QS. Al-Qashash: 56)

Artinya, kita tidak boleh frustrasi jika dakwah kita ditolak. Teruslah istiqamah, dan perbaiki cara penyampaiannya.

Penutup: Dakwah Itu Cinta

Dakwah sejatinya adalah wujud kasih sayang seorang Muslim kepada saudaranya. Jika kita benar-benar mencintai sesama, maka kita akan mengajak mereka kepada jalan keselamatan, dengan cara yang terbaik dan penuh hikmah.

Ustadz Khalid menutup nasihatnya dengan ajakan agar kita selalu introspeksi. Dakwah bukan soal menyalahkan, tapi soal mengajak. Bukan soal “kamu salah”, tapi “ayo kita sama-sama belajar dan berubah”.