Kerasnya Batu, Tunduk Kepada Allah. Masa Kamu Tidak?

Dalam alam semesta, segala sesuatu tunduk pada kehendak Allah. Bahkan batu yang keras dan kuat tunduk pada perintah-Nya. Al-Qur’an sering mengingatkan kita akan tanda-tanda kekuasaan Allah yang tersebar di alam, termasuk dalam fenomena yang melibatkan benda-benda keras seperti batu. Berdasarkan kajian yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat, sifat tunduknya batu pada Allah ini seharusnya menjadi pelajaran penting bagi manusia agar mau patuh dan berserah diri kepada Sang Pencipta.

Artikel ini akan menguraikan hikmah dari ketundukan batu terhadap kehendak Allah, sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz Adi Hidayat, serta bagaimana manusia seharusnya mengambil pelajaran dari hal ini untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis, kita akan melihat bagaimana alam mengajarkan manusia untuk tunduk kepada Allah dengan sepenuh hati.

1. Ketundukan Batu dalam Kehendak Allah Menurut Al-Qur’an

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 74, Allah berfirman, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu ada yang memancarkan sungai-sungai, ada yang terbelah lalu keluarlah mata air darinya, dan ada pula yang jatuh ke bawah karena takut kepada Allah…” Ayat ini menunjukkan bahwa bahkan batu, yang dikenal keras, dapat tunduk pada kehendak Allah.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, ayat ini adalah pengingat bagi manusia agar tidak memiliki hati yang keras dan membangkang. Jika batu yang keras dapat menunjukkan ketundukan, maka sudah sepantasnya manusia yang diberikan akal dan hati yang lebih lembut bersikap tunduk kepada Allah. Batu yang seakan tidak memiliki kehidupan justru menunjukkan kepatuhan dan ketakutan kepada Allah, sementara manusia sering kali mengabaikan tanda-tanda kebesaran Allah di sekitarnya.

Ustadz Adi Hidayat menambahkan bahwa manusia sering kali disibukkan oleh urusan duniawi sehingga hatinya menjadi keras dan sulit menerima nasihat atau petunjuk dari Allah. Ketika manusia menolak tunduk kepada Allah, ia akan mengalami kekosongan spiritual yang berujung pada hilangnya kebahagiaan sejati. Sebaliknya, ketundukan dan kepasrahan kepada Allah akan memberikan ketenangan dan keberkahan hidup.

2. Hikmah Ketundukan Batu sebagai Pengingat bagi Manusia

Salah satu hikmah besar dari ketundukan batu adalah pelajaran bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berjalan sesuai dengan kehendak Allah. Allah menciptakan segala sesuatu untuk tunduk kepada-Nya, termasuk batu yang keras dan kuat. Dalam QS. An-Nur ayat 41, Allah berfirman, “Tidakkah kamu tahu bahwa Allah-lah yang bertasbih kepada-Nya segala yang ada di langit dan di bumi…” Ayat ini menegaskan bahwa seluruh makhluk di alam semesta, baik yang hidup maupun benda mati, bertasbih kepada Allah dengan caranya masing-masing.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa batu yang terkesan diam dan tidak hidup sebenarnya memiliki cara tersendiri untuk tunduk kepada Allah, misalnya dengan memancarkan mata air atau bergulir dari ketinggian karena takut kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa ketundukan bukan hanya untuk makhluk hidup, tetapi juga untuk segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Manusia, dengan segala kelembutan hatinya, seharusnya lebih mudah tunduk kepada Allah daripada batu yang keras.

Sikap tunduk kepada Allah membawa berkah dalam kehidupan. Ketundukan ini akan membuat hati menjadi lebih peka terhadap kebaikan dan mudah menerima petunjuk-Nya. Sebaliknya, hati yang keras akan menutup diri dari kebenaran dan menolak ketaatan, yang pada akhirnya membawa manusia kepada kehancuran dan penderitaan.

3. Menyadari Tanda-Tanda Kebesaran Allah dalam Kehidupan Sehari-Hari

Allah memberikan banyak tanda dalam kehidupan untuk mengingatkan manusia agar tidak lalai dan senantiasa tunduk kepada-Nya. Ketundukan batu kepada Allah adalah salah satu tanda tersebut. Ustadz Adi Hidayat mengajak kita untuk merenungkan kejadian-kejadian alam sebagai bukti kekuasaan Allah yang mengendalikan segala sesuatu. Ketika melihat air yang mengalir dari sela-sela batu di pegunungan atau menyaksikan pergerakan alam lainnya, kita diingatkan untuk tunduk dan patuh kepada Allah.

Selain alam, kehidupan sehari-hari juga penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah. Misalnya, kesehatan yang kita miliki, udara yang kita hirup, serta keamanan yang kita rasakan adalah semua bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dengan menyadari tanda-tanda ini, kita akan semakin terdorong untuk tunduk kepada Allah dan menghindari perilaku yang mengeraskan hati.

Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa manusia sering kali lupa untuk bersyukur dan hanya mengingat Allah saat mengalami kesulitan. Sikap ini harus dihindari. Jika batu saja tunduk kepada Allah tanpa syarat, maka manusia seharusnya lebih bersyukur dan tunduk kepada-Nya dalam setiap kondisi, baik saat senang maupun susah.

4. Cara Menumbuhkan Sikap Tunduk dan Patuh kepada Allah

Sikap tunduk kepada Allah bisa ditumbuhkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Allah berfirman dalam QS. Az-Zumar ayat 54, “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya…” Ayat ini mengajak manusia untuk senantiasa mendekatkan diri dan pasrah kepada Allah.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, memperbanyak salat, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah akan membantu hati kita untuk lebih mudah tunduk. Selain itu, menjaga pergaulan dengan orang-orang saleh dan mendengarkan nasihat agama akan menjadikan hati kita semakin lembut. Hati yang tunduk adalah hati yang selalu merasakan kehadiran Allah dalam setiap langkah kehidupan, sehingga mendorong kita untuk hidup sesuai dengan perintah-Nya.

Sikap tunduk ini juga berarti kita rela menerima segala ketentuan Allah dalam hidup, termasuk ujian yang diberikan-Nya. Manusia sering kali merasa berat ketika dihadapkan pada ujian, padahal ujian tersebut adalah salah satu cara Allah menguji ketundukan kita. Dengan bersabar dan ridha terhadap ketetapan Allah, kita akan merasakan ketenangan hati dan semakin dekat dengan-Nya.

Batu yang keras pun tunduk kepada Allah, dan seharusnya kita sebagai manusia lebih mudah tunduk dan patuh kepada Sang Pencipta. Ketundukan ini tidak hanya berupa ibadah fisik, tetapi juga penerimaan hati terhadap segala ketentuan Allah. Melalui tanda-tanda alam seperti batu, Allah mengajarkan kita untuk menjadi hamba yang taat dan tidak membangkang. Ustadz Adi Hidayat mengajak kita untuk merenungkan betapa kecilnya kita di hadapan Allah dan betapa pentingnya untuk senantiasa tunduk kepada-Nya. Dengan hati yang tunduk, kita akan merasakan kedamaian dan keberkahan dalam hidup. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari ketundukan batu kepada Allah dan menjadi hamba yang senantiasa taat kepada-Nya, sehingga hidup kita senantiasa dipenuhi oleh kasih sayang dan ridha Allah.