Shalat bukan hanya sekadar kewajiban ritual yang dilakukan lima kali sehari. Shalat adalah komunikasi langsung dengan Allah, pengingat identitas sebagai hamba, dan bentuk pemeliharaan jiwa serta moral. Dalam video singkatnya, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa shalat bukan karena Allah butuh, tapi karena kita yang butuh. Allah tidak akan rugi bila seluruh manusia meninggalkan shalat, namun manusia akan binasa jika lalai terhadap shalat.
Shalat Adalah Kebutuhan, Bukan Beban
Ustadz Adi Hidayat menyampaikan bahwa shalat adalah kebutuhan jiwa dan jasmani manusia. Ia mengajak kita untuk memandang shalat bukan sebagai kewajiban yang memberatkan, tetapi sebagai penopang hidup. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.”
(QS. Thaha: 14)
Ayat ini menegaskan bahwa shalat adalah sarana untuk menjaga hubungan kita dengan Allah. Saat hati mulai gundah, saat pikiran dipenuhi dunia, shalat hadir sebagai pembersih jiwa dan penenang hati.
Shalat Sebagai Sarana Pertolongan
Shalat bukan hanya ibadah ritual, tetapi juga sumber kekuatan hidup. Dalam Al-Qur’an Allah ﷻ berfirman:
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
(QS. Al-Baqarah: 45)
Dalam menghadapi masalah hidup, Islam tidak menyuruh kita lari, tetapi menghadapkan diri kepada Allah melalui shalat. Setiap sujud adalah kesempatan untuk mengadu, setiap rukuk adalah penyerahan, dan setiap takbir adalah pengakuan bahwa hanya Allah yang Maha Besar.
Manusia Tanpa Shalat: Hampa dan Tersesat
Mengabaikan shalat membuat hati keras dan hidup kosong. Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa tanpa shalat, manusia akan kehilangan arah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barang siapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.”
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini menggambarkan betapa sentralnya shalat dalam keislaman seseorang. Meninggalkan shalat bukan sekadar dosa besar, tapi tanda hilangnya identitas iman.
Shalat Sebagai Bukti Cinta dan Ketaatan
Cinta sejati kepada Allah dibuktikan dengan kepatuhan. Allah berfirman:
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosamu.’”
(QS. Ali Imran: 31)
Shalat adalah bentuk taat kepada Rasul dan Allah, bukan sekadar kebiasaan atau rutinitas. Ketika seseorang mencintai Allah, maka ia akan merasa bahagia saat shalat, bukan terpaksa.
Shalat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar
Dalam QS. Al-‘Ankabut ayat 45, Allah menyebutkan:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.”
Artinya, shalat yang benar dan khusyuk akan memperbaiki akhlak, bukan hanya menenangkan batin. Shalat membangun disiplin, kesadaran akan waktu, dan menumbuhkan rasa malu untuk berbuat dosa.
Shalat sebagai Tolok Ukur Amal
Shalat adalah amal pertama yang akan dihisab di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal seseorang yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya.”
(HR. Abu Dawud)
Jika shalatnya baik, maka seluruh amalnya akan mengikuti. Tapi jika rusak, maka seluruh amal akan dipertanyakan. Ini menunjukkan sentralitas shalat dalam kehidupan beragama.
Pesan Ustadz Adi Hidayat: Jangan Tinggalkan Shalat
Dalam video pendeknya, Ustadz Adi Hidayat menyampaikan dengan nada tegas namun lembut:
“Kenapa kita shalat? Karena kita butuh. Kita butuh ketenangan, kita butuh cahaya, kita butuh petunjuk.”
Pesan ini mengingatkan kita bahwa shalat bukan sekadar kewajiban dari luar, tetapi kebutuhan internal sebagai manusia beriman. Ketika semua jalan terasa buntu, shalat membuka pintu langit.
Penutup: Jadikan Shalat sebagai Sumber Hidup
Shalat bukan hanya bagian dari rukun Islam, tapi juga penjaga iman dan cahaya hati. Siapa yang menegakkan shalat, maka Allah akan menegakkannya dalam kehidupan. Siapa yang meremehkan shalat, maka Allah akan meremehkannya di dunia dan akhirat.
Mari perbaiki shalat kita. Jadikan ia tempat kembali, bukan sekadar rutinitas. Bangun cinta kepada shalat seperti kita mencintai kehidupan, karena tanpa shalat, hidup akan terasa mati.