Salah satu penyakit hati yang sering kali dianggap sepele namun bisa merusak amal dan hubungan sosial adalah sifat suka mencampuri urusan orang lain atau “kepo”. Ustadz Khalid Basalamah dalam salah satu kajiannya menjelaskan bahwa Islam mengajarkan setiap muslim untuk fokus memperbaiki diri sendiri dan tidak sibuk mencari-cari kesalahan atau urusan orang lain.
Sikap kepo, yaitu keingintahuan berlebihan terhadap hal yang tidak perlu, bukan hanya mengganggu orang lain tetapi juga bisa menjadi dosa karena melibatkan ghibah, suudzon, dan tajassus (memata-matai).
Ringkasan Ceramah Ustadz Khalid Basalamah
Dalam video ceramah pendeknya, Ustadz Khalid Basalamah menyampaikan bahwa Rasulullah SAW menegaskan salah satu tanda kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
Beliau mengutip sabda Nabi Muhammad SAW:
“Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.”
(HR. Tirmidzi)
Ustadz Khalid menjelaskan bahwa banyak orang saat ini menghabiskan waktu, energi, bahkan emosinya untuk membicarakan atau menilai hidup orang lain — padahal itu bukan urusannya. Seseorang bisa sibuk menebak isi hati orang, mencari tahu kehidupan pribadi tetangga, bahkan mengomentari kesalahan orang di media sosial.
Padahal, Allah SWT akan menanyakan setiap perbuatan kita sendiri, bukan urusan orang lain. Maka sibuk dengan urusan orang lain hanya akan mengalihkan kita dari memperbaiki diri dan menambah amal saleh.
Larangan Tajassus dalam Al-Qur’an
Allah SWT dengan tegas melarang umat Islam untuk mencari-cari kesalahan atau memata-matai orang lain. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 12 disebutkan:
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hujurat: 12)
Ayat ini menjelaskan bahwa mencari tahu aib orang lain sama menjijikkannya dengan memakan daging saudara sendiri yang sudah mati. Perumpamaan itu menunjukkan betapa buruknya dosa tersebut.
Ustadz Khalid menegaskan, tajassus dan ghibah sering kali berawal dari rasa penasaran yang tidak terkendali — dari “kepo”. Maka seorang muslim seharusnya menahan diri dan hanya memperhatikan urusannya sendiri.
Fokus pada Diri Sendiri, Bukan Orang Lain
Islam mengajarkan agar setiap muslim sibuk dengan muhasabah — introspeksi diri. Rasulullah SAW bersabda:
“Beruntunglah orang yang sibuk dengan aib dirinya sehingga tidak sempat memerhatikan aib orang lain.”
(HR. Al-Bazzar)
Hadis ini menjadi pengingat bahwa orang yang cerdas adalah mereka yang memanfaatkan waktu untuk memperbaiki kekurangan dirinya, bukan membicarakan kekurangan orang lain.
Ustadz Khalid mengingatkan, bila kita habiskan waktu untuk menilai orang lain, kita justru kehilangan kesempatan memperbaiki amal, mendekat kepada Allah, dan menguatkan iman.
Akibat Suka Kepo dalam Kehidupan
- Menghilangkan keberkahan waktu.
Orang yang sibuk mengurusi urusan orang lain akan kehilangan fokus terhadap tugas dan ibadahnya sendiri. - Merusak hubungan sosial.
Sifat suka ikut campur menimbulkan kebencian, permusuhan, dan hilangnya kepercayaan. - Menimbulkan dosa hati.
Kepo sering kali berujung pada suudzon (buruk sangka), ghibah, atau fitnah. - Menghalangi tazkiyatun nafs (penyucian diri).
Orang yang terus memikirkan kesalahan orang lain sulit untuk mengenali dosa dirinya sendiri.
Allah SWT berfirman:
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.”
(QS. Asy-Syams: 9–10)
Etika Islam dalam Menyikapi Urusan Orang Lain
Ustadz Khalid Basalamah menyampaikan bahwa Islam mengajarkan batasan dalam interaksi sosial. Seorang muslim boleh menasihati, menegur, atau membantu orang lain — asal dengan niat ikhlas dan tidak melanggar privasi.
Jika seseorang mengetahui aib saudaranya, Islam justru menganjurkan untuk menutupinya, bukan menyebarkannya. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.”
(HR. Muslim)
Karenanya, alih-alih menjadi “kepo”, lebih baik kita menjadi penjaga kehormatan sesama muslim, menasihati dengan lembut, dan menutupi kekurangannya.
Tips Menjauh dari Sifat Kepo
- Latih diri untuk diam kecuali ada manfaatnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim) - Fokus pada perbaikan diri dan keluarga.
Setiap hari tanyakan: sudahkah amal kita hari ini lebih baik dari kemarin? - Kurangi konsumsi media sosial yang menimbulkan rasa ingin tahu negatif.
Gunakan teknologi untuk menambah ilmu, bukan mencari gosip. - Berdoa agar hati dijaga dari rasa iri dan suudzon.
Hati yang bersih tidak tertarik mencari kesalahan orang lain.
Penutup
Ustadz Khalid Basalamah mengingatkan bahwa seorang mukmin sejati akan sibuk dengan amalnya sendiri. Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan pada urusan orang lain. Sementara waktu yang kita miliki seharusnya digunakan untuk memperbanyak ibadah, menambah ilmu, dan memperbaiki diri.
Mari kita tanamkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari: “Urusan orang lain bukan urusanku, kecuali untuk membantu dengan ikhlas.”
Dengan demikian, hati akan lebih tenang, hubungan sosial terjaga, dan amal saleh semakin bertambah.
