Setiap manusia pasti akan mengalami ujian dalam hidupnya. Di antara bentuk ujian itu adalah rasa sakit, baik sakit fisik maupun batin. Sebagian orang ketika ditimpa sakit, secara spontan mengucapkan kata-kata keluhan seperti “Aduh!” atau ungkapan sejenisnya. Sekilas tampak wajar, tetapi dalam pandangan Islam, ini adalah bentuk keluh kesah yang semestinya dihindari oleh seorang mukmin yang menginginkan keridaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ustadz Khalid Basalamah dalam kajian singkatnya menekankan pentingnya menjaga lisan ketika sedang sakit. Seseorang yang beriman tidak sepatutnya meluapkan keluhannya dengan kata-kata yang tidak bermanfaat, bahkan bisa jadi mengurangi pahala atau menggugurkan nilai sabar dalam menghadapi musibah.
Sakit adalah Ujian, Bukan Kutukan
Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia akan diuji dengan berbagai macam cobaan. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 155, Allah berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Sakit adalah bentuk kasih sayang Allah. Melalui sakit, dosa-dosa kita dihapuskan. Melalui sakit, kita diajak untuk merenungi kelemahan kita sebagai makhluk. Melalui sakit pula, kita diberi kesempatan untuk meraih pahala sabar yang tinggi di sisi Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim tertimpa kelelahan, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus sebagian dari kesalahan-kesalahannya karena musibah tersebut.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, ketika seorang hamba diuji dengan sakit, itu bukanlah tanda kebencian Allah, melainkan bentuk kasih sayang dan penyucian jiwa.
Sabar dalam Sakit: Menikmati Prosesnya
Sabar bukan hanya diam menahan rasa sakit. Sabar adalah menerima takdir Allah dengan ikhlas, tidak mengeluh, dan tetap berbaik sangka kepada-Nya. Sabar juga berarti menjalani ujian dengan penuh pengharapan akan pahala dan ampunan dari Allah.
Orang yang sabar akan menikmati prosesnya. Dia menyadari bahwa sakit yang dideritanya adalah bagian dari perjalanan iman. Dia tetap melaksanakan ibadah sesuai kemampuannya, menjaga adab, dan menjauhi keluh kesah yang tidak perlu.
Sebaliknya, orang yang ketika sakit hanya berkata “Aduh!”, mengeluh tanpa mengingat Allah, bisa jadi kehilangan pahala besar dari musibah tersebut. Bukan berarti kita tidak boleh merasakan sakit, tetapi kita diajarkan untuk tetap tenang, sabar, dan tidak mengucapkan kata-kata yang menunjukkan protes atau ketidakridhaan terhadap takdir Allah.
Jangan Berkata “Aduh!”: Jaga Lisan Saat Diuji
Ucapan adalah cerminan hati. Jika hati menerima takdir, maka lisan pun akan tenang. Namun jika hati gelisah, maka lisan akan mengeluh. Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan bahwa kata “Aduh!” itu tampaknya kecil, tapi bisa menjadi simbol keluh kesah dan ketidaksabaran.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan doa yang indah saat sakit atau tertimpa musibah:
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Allahumma’jurni fi mushibati, wa akhlif li khairan minha.”
(Artinya: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini dan gantilah dengan yang lebih baik darinya.”)
Dengan mengamalkan doa ini, kita tidak hanya mendapatkan pahala sabar, tetapi juga berharap ganti yang lebih baik dari Allah.
Allah Akan Memberikan Jalan Keluar
Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesulitan tanpa jalan keluar. Dalam Surah At-Talaq ayat 2-3, Allah berfirman:
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka…”
Kesabaran dalam menghadapi sakit akan mendatangkan pertolongan Allah. Ketika seseorang menahan diri dari keluh kesah dan menggantinya dengan doa, dzikir, dan tawakal, maka Allah akan memberikan jalan keluarnya, baik berupa kesembuhan, kekuatan mental, atau pahala yang besar di akhirat.
Contoh Keteladanan: Rasulullah dan Para Sahabat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri mengalami sakit yang sangat berat menjelang wafatnya. Namun tidak terdengar dari beliau ucapan keluh kesah. Beliau bahkan memperbanyak dzikir dan doa.
Begitu pula para sahabat, mereka menghadapi musibah dan penyakit dengan ketegaran dan keikhlasan. Umar bin Khattab, ketika ditikam dan mengalami luka parah, tidak mengucapkan keluhan, tetapi justru bertanya tentang keadaan umat dan shalat.
Ini menunjukkan bahwa kesabaran dalam menghadapi sakit adalah bagian dari keimanan dan bukti kekuatan spiritual seorang Muslim.
Penutup
Kata “Aduh!” mungkin terdengar ringan dan spontan, namun dalam pandangan Islam, seorang mukmin sebaiknya melatih lisannya agar selalu diisi dengan zikir, doa, dan kalimat yang mencerminkan keikhlasan dan kesabaran. Ketika sakit, jangan fokus pada rasa sakitnya, tapi fokuslah pada peluang pahala, penghapusan dosa, dan kedekatan dengan Allah.
Jangan berkata “Aduh!”, tetapi katakanlah, “Alhamdulillah ala kulli hal”, atau “Hasbunallah wa ni’mal wakil”. Karena di balik sakit, ada pahala. Di balik musibah, ada rahmat. Dan di balik kesabaran, ada kemuliaan di sisi Allah.

