Hati-Hati dengan Lisan yang Buruk

Lisan adalah nikmat besar dari Allah, namun bisa menjadi sumber bencana jika tak dijaga dengan baik. Banyak orang tergelincir dalam dosa besar hanya karena ucapannya. Lisan yang buruk bisa menghancurkan diri sendiri, keluarga, dan harta. Lebih parah lagi, bisa jadi ucapan buruk itu didengar oleh malaikat dan diaminkan, sehingga menjadi kenyataan yang menyakitkan.

Waspadai Doa yang Tak Disengaja

Dalam cuplikan ceramahnya, Ustadz Khalid Basalamah mengingatkan agar kita berhati-hati terhadap kata-kata negatif. Banyak orang tanpa sadar mengucapkan:

  • “Saya ini memang orang susah.”
  • “Anak saya ini bandel banget.”
  • “Kayaknya rezeki kita seret terus, ya.”

Padahal, malaikat lewat bisa saja mengaminkan ucapan tersebut, lalu benar-benar menjadi kenyataan. Ustadz Khalid menekankan bahwa perkataan adalah doa, baik yang disengaja maupun tidak.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Janganlah kalian mendoakan keburukan atas diri kalian, anak-anak kalian, dan harta kalian. Jangan sampai hal itu bertepatan dengan waktu di mana doa dikabulkan, lalu Allah mengabulkan doa kalian.”
(HR. Muslim)

Al-Qur’an dan Bahaya Lisan

Al-Qur’an menegaskan pentingnya menjaga lisan:

“Tidak ada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.”
(QS. Qaf: 18)

Artinya, setiap ucapan tercatat, dan bisa berakibat pada nasib kehidupan kita di dunia maupun akhirat. Maka dari itu, ucapan yang buruk bukan hanya merugikan orang lain, tapi juga diri sendiri.

Lisan dan Takdir: Apakah Berhubungan?

Satu hal penting yang dijelaskan oleh Ustadz Khalid adalah keterkaitan antara ucapan dan takdir. Allah memang telah menetapkan takdir, tetapi doa dan lisan yang baik bisa menjadi sebab datangnya kebaikan, dan sebaliknya.

Ketika seseorang sering berkata buruk, pesimis, atau mengutuk anak dan hartanya, maka ia sedang membuka pintu keburukan untuk dirinya sendiri. Allah Maha Pengasih, tetapi Dia juga mengabulkan doa, termasuk doa yang buruk jika diucapkan oleh orang yang terdzalimi, atau di waktu-waktu mustajab.

Contoh Nyata dalam Kehidupan Sehari-Hari

Bayangkan seorang ibu yang setiap hari berkata kepada anaknya, “Dasar anak nakal, kamu gak akan bisa sukses!” Maka anak tersebut bisa tumbuh dengan kepercayaan diri rendah, dan benar-benar gagal karena didoktrin oleh doa-doa buruk ibunya sendiri.

Begitu juga seseorang yang terus berkata, “Saya ini memang apes, hidup saya selalu gagal.” Maka lama-kelamaan, mental dan realitasnya pun terbentuk sesuai ucapannya.

Rasulullah ﷺ dan Lisan yang Baik

Nabi Muhammad ﷺ adalah teladan dalam menjaga ucapan. Beliau selalu berkata yang baik, menenangkan, dan penuh doa. Beliau bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini bukan sekadar etika sosial, tapi panduan agar setiap Muslim sadar bahwa lisan menentukan keselamatan hidup. Bicara yang baik bisa menjadi pahala, sedangkan bicara yang buruk bisa mendatangkan bencana.

Tips Menjaga Lisan

Berikut beberapa langkah agar kita dapat menjaga lisan:

  1. Berpikir sebelum berbicara. Tanyakan: “Apakah ini bermanfaat?”
  2. Perbanyak dzikir dan istighfar. Ini menenangkan hati dan menjauhkan kita dari ucapan yang sia-sia.
  3. Jangan mendoakan keburukan, bahkan saat marah.
  4. Biasakan mengucapkan kebaikan untuk diri sendiri, anak, dan keluarga.
  5. Berdoa agar Allah menjaga lisan kita.

Ucapan yang Baik Adalah Investasi Akhirat

Kata-kata kita bisa menjadi penolong di hari kiamat, atau justru bukti pemberat dosa. Maka mulailah membiasakan mengucapkan:

  • “Anak saya semoga jadi anak saleh.”
  • “Saya percaya Allah akan lapangkan rezeki.”
  • “Insya Allah semua masalah ini akan selesai.”

Kalimat-kalimat ini akan mengundang kebaikan, keberkahan, dan semangat positif, baik di dunia maupun akhirat.

Penutup: Pilih Ucapan, Pilih Takdirmu

Ustadz Khalid Basalamah mengingatkan kita untuk tidak meremehkan lisan. Sekali keluar, kata-kata bisa menjadi doa, bisa diaminkan oleh malaikat, dan bisa membentuk takdir kita. Maka gunakan lisan untuk mendoakan kebaikan, membesarkan hati orang lain, dan membangun kehidupan yang penuh berkah.

Ingatlah bahwa Allah Maha Mendengar, dan para malaikat mencatat. Maka jika tak bisa berkata baik, diam lebih mulia.