Perayaan Maulid Nabi Muhammad ﷺ adalah tradisi yang dilakukan oleh sebagian umat Islam untuk memperingati kelahiran Rasulullah ﷺ. Namun, perbedaan pendapat mengenai keabsahan dan hukum bermaulid sering kali menjadi perdebatan di kalangan umat. Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya memberikan pandangan mengenai bermaulid sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai pandangan beliau dengan merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah ﷺ.
Pengertian Maulid
Maulid secara bahasa berarti kelahiran. Sedangkan secara istilah, Maulid Nabi adalah perayaan untuk mengenang kelahiran Rasulullah ﷺ. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan kegiatan seperti membaca sejarah kehidupan Nabi (sirah), berzikir, shalawat, dan ceramah keagamaan yang menitikberatkan pada suri teladan yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Meskipun Maulid Nabi bukanlah amalan yang dilakukan oleh Nabi sendiri atau para sahabat, perayaan ini muncul dalam sejarah Islam dan menjadi kebiasaan di beberapa komunitas Muslim.
Pandangan Ustadz Adi Hidayat tentang Bermaulid
Dalam video ceramah yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat, beliau menjelaskan bahwa perayaan Maulid harus dipahami dengan bijaksana dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariat. Beliau tidak menolak secara langsung pelaksanaan Maulid, namun memberikan penekanan pada beberapa poin penting:
- Meneladani Kehidupan Rasulullah ﷺ Setiap Hari
Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa yang lebih penting dari sekadar merayakan Maulid Nabi adalah bagaimana kita meneladani kehidupan Rasulullah ﷺ dalam keseharian kita. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
(QS. Al-Ahzab: 21)
Meneladani Nabi ﷺ bukan hanya pada hari kelahirannya, tetapi setiap saat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perayaan Maulid jangan sampai menjadi ritual tahunan semata tanpa diiringi dengan usaha untuk mencontoh akhlak, ibadah, dan perjuangan Rasulullah ﷺ.
- Tidak Boleh Bertentangan dengan Syariat
Ustadz Adi Hidayat juga menegaskan bahwa jika seseorang ingin merayakan Maulid, perayaan tersebut tidak boleh diisi dengan hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam. Perayaan Maulid harus menjadi momentum untuk memperkuat cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Barangsiapa mengada-adakan sesuatu dalam urusan (agama) kami ini yang tidak ada asalnya, maka hal itu tertolak.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ini berarti perayaan Maulid tidak boleh dicampur dengan hal-hal yang berbau bid’ah atau aktivitas yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam, seperti amalan yang melanggar aqidah atau mengandung unsur syirik.
- Menghindari Sikap Berlebihan
Salah satu hal yang menjadi perhatian Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya adalah sikap berlebihan dalam merayakan Maulid. Beliau mengingatkan agar umat Islam tidak terjebak dalam euforia yang berlebihan dan melupakan esensi utama dari perayaan tersebut, yaitu mengenang perjuangan Nabi ﷺ serta mengambil pelajaran dari kehidupannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam agamamu, karena yang demikian itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
(HR. Nasa’i)
Islam mengajarkan keseimbangan dalam setiap tindakan, termasuk dalam urusan ibadah. Oleh karena itu, perayaan Maulid hendaknya dilakukan dengan cara yang sederhana dan penuh hikmah.
Dalil-Dalil Al-Qur’an dan Hadis tentang Mengingat Nabi ﷺ
Ustadz Adi Hidayat juga menekankan bahwa mengingat dan meneladani Rasulullah ﷺ merupakan bagian dari ajaran Islam. Allah memerintahkan umat Islam untuk bershalawat kepada Nabi dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS. Al-Ahzab: 56)
Shalawat kepada Nabi adalah salah satu bentuk kecintaan kita kepada beliau. Dalam konteks perayaan Maulid, bershalawat dan mengingat perjuangan Nabi bisa menjadi amalan yang baik, asalkan dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat.
Hikmah dan Tujuan Bermaulid
Jika dilihat dari sisi positifnya, perayaan Maulid bisa menjadi sarana untuk memperkuat kecintaan kita kepada Nabi Muhammad ﷺ dan meningkatkan pengetahuan kita tentang sirah (sejarah) kehidupannya. Ini adalah momen yang tepat untuk memperdalam pemahaman kita tentang akhlak dan ajaran-ajaran Nabi ﷺ. Allah berfirman:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al-Anbiya: 107)
Sebagai rahmat bagi semesta alam, mempelajari kehidupan Nabi ﷺ dan meneladaninya adalah wujud nyata dari kecintaan dan ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kesimpulan
Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya menekankan bahwa perayaan Maulid bukanlah amalan yang diwajibkan dalam Islam, tetapi jika dilakukan, harus sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah. Yang lebih penting daripada sekadar merayakan Maulid adalah meneladani kehidupan Rasulullah ﷺ dalam setiap aspek kehidupan kita. Jangan sampai perayaan Maulid hanya menjadi ritual tahunan tanpa diiringi dengan pengamalan ajaran Nabi ﷺ secara konsisten.
Dengan demikian, umat Islam diharapkan untuk selalu berusaha mencontoh Nabi ﷺ dalam segala hal dan memanfaatkan momen Maulid sebagai sarana untuk memperdalam kecintaan kepada beliau, meningkatkan ketakwaan kepada Allah, serta memperbaiki amal ibadah.