Pendahuluan
Tauhid adalah pondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Ia menjadi penentu diterima atau tidaknya amal seorang hamba di sisi Allah SWT. Namun, banyak orang yang secara lisan mengucapkan kalimat tauhid — Lā ilāha illallāh — tetapi belum benar-benar memahami maknanya. Inilah yang diingatkan oleh Ustadz Khalid Basalamah dalam salah satu tausiyah singkat beliau berjudul “Apakah Tauhidmu Sudah Benar?”
Melalui kajian singkat tersebut, beliau mengajak kaum Muslimin untuk mengevaluasi diri: apakah tauhid kita sudah murni hanya kepada Allah, atau masih tercampur dengan keyakinan dan perbuatan syirik yang tidak kita sadari?
Ringkasan Kajian Ustadz Khalid Basalamah
Dalam video tersebut, Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan bahwa tauhid bukan sekadar pengakuan di lisan, tetapi keyakinan yang tertanam di hati dan diwujudkan dalam amal perbuatan. Beliau mengingatkan bahwa banyak orang mengaku bertauhid, tetapi masih menggantungkan harapan kepada selain Allah — kepada manusia, jimat, benda pusaka, bahkan kuburan orang saleh.
Beliau menegaskan, tauhid berarti mengesakan Allah dalam tiga hal:
- Tauhid Rububiyyah: meyakini Allah sebagai satu-satunya Pencipta, Pemilik, dan Pengatur alam semesta.
- Tauhid Uluhiyyah: hanya Allah yang berhak disembah, tanpa perantara dan tanpa tandingan.
- Tauhid Asma’ wa Sifat: menetapkan nama dan sifat Allah sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah tanpa menyelewengkan maknanya.
Ustadz Khalid mencontohkan bahwa seseorang bisa terjatuh dalam syirik meskipun ia rajin beribadah, apabila ia berdoa kepada selain Allah atau mencari keberkahan dari sesuatu yang tidak memiliki dasar syar’i. Inilah yang disebut sebagai “syirik kecil”, yang sering tidak disadari oleh banyak orang.
Tauhid dalam Al-Qur’an dan Hadis
1. Perintah Bertauhid
Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zariyat: 56:
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah semata. Tauhid menjadi dasar dari semua ibadah; tanpa tauhid, seluruh amal tidak akan diterima.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka ia masuk surga.”
(HR. Muslim)
Namun, pengetahuan ini harus disertai keyakinan dan pengamalan yang benar.
2. Bahaya Syirik
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa: 48:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”
Ustadz Khalid menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan betapa fatalnya syirik. Sekecil apa pun bentuk kesyirikan, jika tidak disertai taubat, akan menghapus seluruh amal kebaikan. Karenanya, umat Islam wajib menjaga kemurnian tauhid dalam setiap aspek kehidupan — dalam berdoa, bekerja, mencari rezeki, hingga dalam hati yang hanya berharap kepada Allah.
Tanda-tanda Tauhid yang Benar
- Tidak Mengandalkan Selain Allah.
Orang yang bertauhid yakin bahwa pertolongan hanya datang dari Allah, bukan dari manusia atau benda. Ia berdoa langsung kepada Allah tanpa perantara. - Menjauhi Segala Bentuk Syirik.
Termasuk menjauh dari kebiasaan meminta berkah pada tempat-tempat tertentu, menggantungkan nasib pada jimat, atau percaya pada ramalan. - Ikhlas dalam Beramal.
Semua ibadahnya — shalat, sedekah, doa, hingga amal kecil — dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah, bukan untuk dipuji atau diakui manusia. - Mencintai dan Takut kepada Allah Melebihi Segalanya.
Orang yang benar tauhidnya akan lebih takut berbuat dosa daripada kehilangan dunia. Ia juga mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segala sesuatu. - Mengikuti Sunnah Nabi SAW.
Tauhid yang benar selalu disertai dengan ketaatan mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Karena siapa pun yang mengaku mencintai Allah, harus membuktikannya dengan meneladani Nabi-Nya.
Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 31:
“Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.”
Introspeksi Diri dalam Tauhid
Ustadz Khalid Basalamah mengajak kita untuk melakukan muhasabah (evaluasi diri). Beliau mengingatkan bahwa ujian terbesar manusia adalah menjaga keikhlasan dalam tauhid. Kadang kita merasa beriman, namun hati masih condong kepada dunia, takut kehilangan pekerjaan lebih dari takut kehilangan iman, atau berharap pujian manusia lebih dari ridha Allah.
Tauhid sejati menjadikan hati tenang, karena seseorang tidak lagi bergantung kepada makhluk. Ia sadar bahwa semua rezeki, ujian, dan nikmat datang dari Allah SWT.
Penutup
Tauhid bukan sekadar ucapan, tetapi komitmen hidup. Seorang Muslim wajib menjaga kemurnian tauhidnya dengan ilmu, amal, dan kesadaran bahwa hanya Allah satu-satunya yang layak disembah. Seperti pesan Ustadz Khalid Basalamah, jangan biarkan hidup kita dipenuhi kesyirikan yang halus. Perbarui iman dan tauhid setiap hari, karena tanpa tauhid, seluruh amal akan sia-sia.
Semoga Allah meneguhkan hati kita dalam keimanan dan menjauhkan dari segala bentuk kesyirikan, baik yang besar maupun yang kecil.