Adab Mengoreksi Kesalahan Orang Lain

Mengoreksi kesalahan orang lain adalah bagian dari amar ma’ruf nahi munkar, yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk saling menasihati dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran. Namun, ada tata cara atau adab yang harus diperhatikan ketika ingin mengoreksi kesalahan orang lain. Jika tidak dilakukan dengan benar, tindakan ini bisa menimbulkan permusuhan, fitnah, atau bahkan menjauhkan orang dari kebaikan. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri sering membahas pentingnya menjaga adab dalam menegur kesalahan sesama muslim sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadis.

Artikel ini akan membahas bagaimana cara yang tepat dalam mengoreksi kesalahan orang lain sesuai dengan tuntunan Islam, berdasarkan penjelasan dari Ustadz Muhammad Nurul Dzikri.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Tanggung Jawab Setiap Muslim

Dalam Islam, salah satu tanda keimanan yang kuat adalah dengan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Allah SWT berfirman:

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

Ayat ini menunjukkan bahwa menasihati dalam kebaikan dan mencegah keburukan adalah kewajiban bagi setiap muslim. Namun, yang perlu diingat adalah bagaimana cara melaksanakan perintah ini dengan adab yang baik, agar tidak menimbulkan keburukan yang lebih besar dari tujuan awal.

Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menjelaskan bahwa dalam mengoreksi kesalahan orang lain, ada prinsip-prinsip penting yang harus dipegang, yaitu hikmah (kebijaksanaan), kasih sayang, dan menjaga kehormatan orang yang ditegur.

Menjaga Niat yang Ikhlas

Hal pertama yang harus diperhatikan ketika ingin mengoreksi kesalahan orang lain adalah niat yang ikhlas. Niatkan tindakan tersebut semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah, bukan untuk merendahkan atau mempermalukan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

“Segala amal perbuatan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menjelaskan bahwa ketika seseorang menegur orang lain, hendaknya dia melakukannya dengan niat untuk memperbaiki, bukan untuk menunjukkan kelebihan diri sendiri atau merendahkan orang lain. Niat yang ikhlas akan membimbing kita dalam memilih kata-kata dan tindakan yang tepat sehingga nasihat kita dapat diterima dengan baik.

Menegur dengan Lembut dan Bijaksana

Dalam mengoreksi kesalahan, sangat penting untuk bersikap lembut dan bijaksana. Allah SWT mengingatkan Nabi Musa AS ketika diutus untuk menasihati Fir’aun:

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.” (QS. Taha: 44)

Jika Allah memerintahkan Nabi Musa AS untuk berbicara lembut kepada Fir’aun, yang dikenal sebagai penguasa yang paling dzalim, tentu kita harus lebih-lebih lagi bersikap lembut kepada sesama muslim. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri sering mengingatkan bahwa sikap keras dan kasar dalam menegur justru akan menjauhkan orang dari kebaikan, bahkan bisa memperkeruh suasana. Lembut bukan berarti lemah, tetapi cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan.

Memilih Waktu dan Tempat yang Tepat

Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menekankan pentingnya memilih waktu dan tempat yang tepat ketika ingin menegur kesalahan orang lain. Menegur di depan umum, misalnya, bisa mempermalukan orang yang ditegur dan membuatnya sulit menerima nasihat tersebut. Rasulullah SAW memberikan contoh yang sangat baik dalam hal ini. Ketika beliau ingin menasihati sahabatnya yang melakukan kesalahan, beliau sering kali melakukannya secara pribadi, dengan cara yang tidak mempermalukan.

Hadis ini mengingatkan bahwa memberikan nasihat atau teguran di tempat umum bisa merusak kehormatan orang yang ditegur. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menekankan bahwa jika memungkinkan, tegurlah orang tersebut secara pribadi, dengan cara yang sopan dan tidak terburu-buru.

Tidak Merasa Lebih Baik dari Orang yang Ditegur

Salah satu tantangan terbesar dalam menegur kesalahan orang lain adalah menjaga hati agar tidak merasa lebih baik dari orang yang kita tegur. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia (Allah) mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)

Ustadz Muhammad Nurul Dzikri sering mengingatkan bahwa kita harus selalu introspeksi diri sebelum menegur orang lain. Bisa jadi, kita juga memiliki kesalahan yang belum kita sadari. Dengan bersikap rendah hati, kita akan lebih mudah diterima ketika memberikan nasihat atau teguran kepada orang lain.

Menghindari Ghibah dan Fitnah

Mengoreksi kesalahan orang lain bukan berarti membicarakan aib atau kesalahannya di belakangnya (ghibah). Ghibah adalah perbuatan yang sangat dibenci dalam Islam dan dilarang keras. Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Ketika ingin menegur kesalahan orang lain, lakukanlah dengan cara yang langsung kepada orang tersebut, bukan dengan membicarakannya kepada orang lain. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menegaskan bahwa fitnah dan ghibah bisa merusak hubungan persaudaraan sesama muslim dan membuat nasihat yang kita sampaikan tidak membawa manfaat, bahkan menambah dosa.

Bersabar dalam Memberi Teguran

Setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda dalam menerima nasihat atau teguran. Oleh karena itu, kesabaran sangat diperlukan dalam proses ini. Allah SWT berfirman:

“Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha: 132)

Ustadz Muhammad Nurul Dzikri mengingatkan bahwa kita harus siap menghadapi berbagai reaksi ketika menegur orang lain, termasuk jika nasihat kita tidak langsung diterima. Jangan terburu-buru menghakimi orang lain jika mereka tidak langsung berubah, tetapi teruslah berusaha dengan cara yang baik dan penuh kesabaran.

Menghindari Perdebatan yang Tidak Perlu

Terkadang, ketika menegur kesalahan orang lain, kita bisa terjebak dalam perdebatan yang tidak membawa manfaat. Rasulullah SAW bersabda:

“Aku menjamin rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia berada di pihak yang benar.” (HR. Abu Dawud)

Jika teguran kita tidak diterima dengan baik, Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menyarankan untuk tidak memperpanjang perdebatan, terutama jika itu hanya akan menimbulkan permusuhan. Sebaiknya, kita mengakhiri pembicaraan dengan tetap menjaga ukhuwah dan berdoa agar orang yang kita tegur diberikan hidayah oleh Allah SWT.

Mengoreksi kesalahan orang lain adalah bagian dari tanggung jawab seorang muslim dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Namun, proses ini harus dilakukan dengan adab yang baik, termasuk menjaga niat yang ikhlas, bersikap lembut, memilih waktu dan tempat yang tepat, serta tidak merasa lebih baik dari orang yang ditegur. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri mengingatkan bahwa keberhasilan dalam memberikan teguran tidak hanya bergantung pada kebenaran yang kita sampaikan, tetapi juga pada cara kita menyampaikannya. Dengan menjaga adab, nasihat yang kita sampaikan akan lebih mudah diterima dan membawa manfaat bagi semua pihak.