Kisah para nabi dalam Al-Qur’an selalu sarat dengan pelajaran berharga bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah kisah Nabi Yunus `alaihis salam yang terkenal dengan doa beliau di dalam perut ikan. Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan bahwa peristiwa ini menjadi contoh agung bagaimana seorang hamba bertawassul kepada Allah ﷻ dengan penuh keikhlasan, kerendahan hati, dan pengakuan atas kelemahan dirinya.
Kisah Nabi Yunus dalam Al-Qur’an
Allah ﷻ berfirman:
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Nabi Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya, maka ia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.’ Maka Kami kabulkan doanya dan Kami selamatkan dia dari kesedihan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Anbiya: 87-88)
Ayat ini menegaskan bahwa doa Nabi Yunus adalah salah satu bentuk tawassul yang paling agung, yaitu dengan mengakui kebesaran Allah, menyucikan-Nya, serta mengakui kelemahan diri.
Hadis tentang Keutamaan Doa Nabi Yunus
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Doa Dzun Nun (Nabi Yunus) ketika berada di dalam perut ikan adalah: ‘Laa ilaaha illa Anta, Subhaanaka inni kuntu minazh-zhaalimin.’ Tidaklah seorang Muslim berdoa dengan doa itu dalam suatu perkara apa pun melainkan Allah akan mengabulkannya.”
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan betapa agungnya doa tersebut. Ia menjadi senjata doa bagi orang beriman yang menghadapi kesulitan hidup.
Ringkasan Video Ustadz Khalid Basalamah
Dalam kajiannya, Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan bahwa doa Nabi Yunus adalah contoh tawassul yang benar. Nabi Yunus tidak meminta langsung kepada makhluk atau perantara, melainkan bertawassul dengan tauhid, tasbih, dan pengakuan dosa. Inilah inti tawassul yang sesuai syariat.
Beliau menekankan bahwa doa ini bisa diamalkan oleh siapa pun dari umat Islam ketika menghadapi masalah besar. Asalkan dibaca dengan penuh penghayatan, doa ini menjadi jalan keselamatan sebagaimana Allah menyelamatkan Nabi Yunus.
Pelajaran Penting dari Kisah Nabi Yunus
1. Tawassul dengan Nama dan Sifat Allah
Doa Nabi Yunus dimulai dengan pengakuan tauhid: “Laa ilaaha illa Anta”. Ini adalah bentuk tawassul dengan nama dan sifat Allah, yang paling utama dalam berdoa.
2. Pengakuan atas Kesalahan
Kalimat “Inni kuntu minazh-zhalimin” menunjukkan kerendahan hati. Seorang hamba yang ingin doanya dikabulkan harus mengakui kelemahannya di hadapan Allah.
3. Kesabaran dalam Ujian
Nabi Yunus tidak berputus asa meski dalam kondisi sangat sulit. Hal ini mengajarkan bahwa kesabaran dan tawakkal adalah kunci pertolongan Allah.
4. Janji Allah kepada Orang Beriman
Allah ﷻ menegaskan dalam QS. Al-Anbiya: 88 bahwa sebagaimana Dia menyelamatkan Nabi Yunus, demikian pula Dia akan menyelamatkan orang-orang beriman yang berdoa dengan ikhlas.
Relevansi bagi Kehidupan Umat Islam
Doa Nabi Yunus sangat relevan dalam kehidupan modern saat ini. Banyak orang yang menghadapi kesulitan, baik dalam masalah keluarga, pekerjaan, maupun cobaan hidup lainnya. Dengan meneladani doa ini, seorang Muslim diajarkan untuk kembali kepada Allah dengan penuh keikhlasan.
Tawassul yang benar adalah dengan menyebut nama-nama Allah, amal saleh, dan pengakuan dosa. Bukan dengan perantara yang tidak memiliki dasar syariat. Inilah yang membedakan doa Nabi Yunus dengan praktik-praktik tawassul yang menyimpang.
Penutup
Kisah Nabi Yunus mengajarkan bahwa doa adalah senjata utama seorang hamba. Tawassul yang benar adalah sebagaimana dilakukan Nabi Yunus, yaitu dengan tauhid, tasbih, dan pengakuan dosa. Pesan yang disampaikan Ustadz Khalid Basalamah ini mengingatkan kita agar selalu bergantung kepada Allah ﷻ semata dalam setiap urusan hidup.
Semoga kita dapat mengamalkan doa agung ini ketika menghadapi kesulitan, sehingga Allah ﷻ memberikan jalan keluar dan keselamatan sebagaimana Dia menyelamatkan Nabi Yunus.
